SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Demam berdarah Solo, Kepatihan Wetan mendapat predikat kelurahan bebas DBD dua tahun berturut-turut.

Solopos.com, SOLO — Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Solo, mendapat predikat sebagai kelurahan bebas demam berdarah dengue (DBD) pada 2014-2015. Berbagai hal dilakukan pemerintah kelurahan tersebut bersama warga untuk mewujudkan hal itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satunya dengan rutin mengadakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M, yaitu menutup, menguras, dan mengubur barang bekas. Langkah itu dinilai efektif meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan terhindar dari wabah DBD.

Lurah Kepatihan Wetan, Hartanto, mengatakan masyarakatnya sangat menyadari pentingnya melakukan 3M. Selama ini PSN menjadi kegiatan rutin yang dimotori Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Kepatihan Wetan.

“Penggerak PKK bersama kader-kader kesehatan setiap Jumat berkeliling wilayah untuk mengecek masihkah ada jentik-jentik nyamuk di bak-bak kamar mandi warga,” ujar Hartanto saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (6/3/2017).

Ia mengatakan upaya para ibu-ibu itu telah mengangkat citra kelurahan karena Kepatihan Wetan sehingga mendapat predikat kelurahan bebas DBD pada 2014 dan 2015. Menurutnya, warga kini lebih rajin menguras bak mandi yang kerap dijadikan tempat perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.

Dengan adanya Bu Lurah [Ny. Hartanto] dan kader kesehatan uang berkeliling, warga lebih memilih membersihkan sendiri daripada dikomentari. Kalau dulu, warga cuek bebek. Kalau pemilik rumah enggak mau membersihkan, petugas yang membersihkan,” kata dia.

Ia mengakui mendapatkan dana stimulan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk terus menggiatkan kampanye bebas DBD. Dana itu, kata dia, dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan para penggerak PKK.

“Misalnya kalau Jumat sehabis berkeliling wilayah, mereka ditraktir sarapan. Sebagian dana untuk membeli baterai senter karena pengecekan jentik-jentik di bak mandi biasanya pakai senter,” papar dia.

Ia juga mendapat dukungan dari UPT Puskesmas Purwodiningratan. Petugas puskesmas secara rutin mendampingi PKK dan kader kesehatan mengecek rumah warga.

“Yang terakhir Sabtu [4/3/2017] lalu pihak puskesmas melakukan pengecekan bersama dengan kami di RW 001 meliputi RT 001, 002, 007, 008, 009, dan RW 002 meliputi RT 001 dan 002. Saya pasti ikut karena kadang masih ada warga yang agak susah [ditemui], saya yang mengetuk pintu,” papar dia.

Hasilnya memang masih ada jentik-jentik nyamuk. Tetapi jumlahnya tidak banyak dan belum masuk kategori berbahaya. Tenaga Promosi Kesehatan (Prokes) Puskesmas Purwodiningratan, Yeni Umara, mengapresiasi langkah yang diambil Kelurahan Kepatihan Wetan.

Ia menilai masih banyak warga di wilayah kerja Puskesmas Purwodiningratan yang belum menyadari pentingnya PSN, khususnya menguras bak mandi. “Kami terus berupaya menyadarkan masyarakat atas pentingnya menguras bak mandi. Bak mandi itu jadi sarang jentik-jentik nyamuk penyebab DBD,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya