Soloraya
Jumat, 6 Januari 2017 - 16:30 WIB

DEMAM BERDARAH SOLO : DBD Jangkiti 751 Wong Solo, 15 Nyawa Melayang

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar demam berdarah. (JIBI/Solopos/Dok.)

Demam berdarah Solo menewaskan 15 orang tahun 2016 lalu.

Solopos.com, SOLO — Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjangkiti 751 warga Kota Bengawan sepanjang 2016. Dari jumlah tersebut, angka kematian akibat keganasan penyakit yang disebarkan nyamuk aedes aegypti sebanyak 15 kasus.

Advertisement

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Purwanti, didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Efi S. Pertiwi mengungkapkan angka kasus DBD 2016 meningkat hampir 60% dibanding 2015 lalu tercatat 471 kasus, dengan angka kematian sembilan kasus.

“Tren kasus DBD terus meningkat. Peningkatan DBD terjadi mulai April lalu dan ini rekor dalam sejarah jumlah kasus mencapai 751 kasus,” kata dia ketika dijumpai wartawan di ruang kerjanya, Jumat (6/1/2017).

Ia menyebut kasus DBD ini masih didominasi anak-anak dengan prosentase mencapai 65%. Masih rendahnya kesadaran warga dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya kasus DBD.

Advertisement

Temuan kasus DBD tersebut menurut dia tersebar di wilayah Kota Solo. Kelurahan Mojosongo dan Kadipiro masih menjadi daerah dengan jumlah temuan kasus DBD terbanyak.

Meski tergolong tinggi, Pemkot belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) kasus DBD. KLB akan ditetapkan jika kasus DBD melonjak dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Efi S. Pertiwi menambahkan tingginya kasus DBD tidak hanya terjadi di Kota Solo, namun hampir merata di seluruh daerah di Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya ada fenomena yang tidak biasa dari tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement

Selain disebabkan oleh rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat juga dugaan oknum layanan kesehatan rumah sakit mencatat pasien sebagai penderita DBD. Dugaan itu kali pertama muncul dari Provinsi Jawa Tengah melihat fenomena meningkatnya kasus DBD.

“Tapi ini masih dugaan dan tidak bisa menjadi patokan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif