SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebar demam berdarah dengue. (JIBI/Solopos/Dok.)

Demam berdarah Wonogiri merenggut nyawa seorang pelajar SMP.

Solopos.com, WONOGIRI — Seorang siswa SMPN 1 Giritontro, Gandi Purnama, 15, warga RT 002/RW 002, Desa Banaran, Kecamatan Pracimantoro meninggal dunia akibat terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Terdapat dua penderita penyakit DBD di Wonogiri yang meninggal dunia selama Januari.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Kamis (22/1/2015) menyebutkan Gandi mengalami demam tinggi sejak Jumat (9/1/2015). Lantaran kondisinya semakin parah maka Gandi dibawa ke Rumah Sakit Darma Medika.

Dia menjalani rawat inap selama beberapa hari. Kondisi Gandi semakin kritis setiap hari. Dia kerap muntah darah dan kekurangan trombosit.

Gandi langsung dirujuk ke RS Kustati, Solo untuk menambah trombosit. Setelah beberapa hari dirawat di RS Kustati, Gandi mengembuskan nafas terakhirnya lantaran kekurangan trombosit.

Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK Wonogiri, Supriyo Heriyanto, mengatakan petugas kesehatan langsung turun lapangan untuk melakukan investigasi penularan penyakit DBD di sekitar lingkungan rumah Gandi.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit DBD. “Gandi sempat muntah darah di rumah sakit. Kondisinya sangat kritis lantaran kekurangan trombosit. Dia meninggal dunia di RS Kustasi, Solo. Besok [hari ini] petugas kesehatan akan melakukan pengasapan atau fogging di lingkungan rumah Gandi. Masih ada jentik-jentik nyamuk aedes aegypti di rumah penduduk,” katanya saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis.

Gandi diduga terjangkit penyakit DBD di lingkungan rumahnya. Pasalnya, angka bebas jentik di lingkungan rumah Gandi masih minim. Terdapat jentik nyamuk di beberapa rumah penduduk.
“Tidak ada laporan kasus penularan penyakit DBD yang berasal dari sekolah Gandi,” ujar dia.

Kasus penularan penyakit DBD tersebut hampir serupa dengan kasus lainnya yang dialami seorang guru di Tirtomoyo bernama Yahya.

Yahya meninggal dunia lantaran terjangkit penyakit DBD pada pertengahan Januari. Kala itu, dia juga kekurangan trombosit dan meninggal dunia di rumah sakit.

Selama Januari, jumlah penyakit DBD sebanyak lima kasus. Lima kasus penyakit DBD terjadi di Kecamatan Wonogiri, Tirtomoyo, Manyaran, Jatisrono dan Pracimantoro.

“Jumlah penyakit DBD pada periode yang sama 2014 lalu sebanyak 10 kasus namun tidak ada yang meninggal dunia. Penderita DBD yang meninggal dunia kali terakhir pada 2012 sebanyak tiga orang,” papar dia.

Lebih jauh, Supriyo menjelaskan kemungkinan jumlah penderita penyakit DBD bakal bertambah selama musim penghujan.

Dia menghimbau agar masyarakat menerapkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan rumah masing-masing.

Di sisi lain, Camat Pracimantoro, Warsito, mengatakan selalu berkoordinasi dengan instansi terkait apabila ada laporan mengenai penularan penyakit DBD.

Para kepala desa diminta segera melaporkan ke instansi terkait apabila ada warganya terjangkit penyakit menular seperti DBD dan chikungunya.

“Permasalahannya sebagian wilayah Pracimantoro adalah perbukitan dan pegunungan. Bisa saja proses laporan ke pemerintah desa terlambat terutama bagi warga yang berdomisili di wilayah pedalaman,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya