SOLOPOS.COM - Juru masak memproduksi Bubur Samin di Masjid Darussalam, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo, Rabu (23/3/2023). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Penikmat Bubur Samin khas Masjid Darussalam Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo merupakan orang dengan berbagai kalangan. Juru masak Masjid Darussalam menyimpan kenangan sejumlah penggemar Bubur Samin yang membekas.

Salah satu juru masak Masjid Darussalam Subadi, 57, menjelaskan pasien yang dirawat di salah satu rumah sakit di Jogja. Pasien itu sakit tidak kunjung sembuh dan tidak mau makan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Keluarganya mencarikan bubur di sini dengan naik kereta api. Saya tidak tahu sakit apa, namun infonya parah. Akhirnya mau makan bisa sembuh,” kata dia kepada Solopos.com di Masjid Darussalam, Rabu (23/3/2023).

Dia mengatakan orang yang pernah dirawat di rumah sakit itu ke Jayengan memberikan barang sebagai tanda terima kasih sudah sembuh pada 1990-an. Selain itu, Subadi mendapati penggemar Bubur Samin dari Jakarta.

“Ada warga Jakarta yang melihat siaran islami dengan konten Bubur Samin khas Jayengan, Solo. Orang itu sedang hamil lalu nyidam Bubur Samin,” jelas dia.

Dia menjelaskan perempuan itu terbang ke Solo untuk mencari bubur samin. Dia ke Kota Solo mencari bubur samin bersama suaminya. Menurut dia, bubur samin banyak penggemar dari luar kota khususnya wilayah Soloraya.

Adapun Subadi telah menjadi juru masak di Masjid Darussalam sejak 1987. Semula bubur samin diproduksi dengan tungku kayu, kompor minyak tanah, dan kini menggunakan kompor gas.

Juru masak itu mulai memproduksi untuk lebih kurang 1.300 porsi bubur samin sejak pukul 10.30 WIB sebelum dibagikan gratis setelah salat Asar kepada warga yang membutuhkan. Warga hanya perlu membawa tempat makanan serta antre.

Menurut dia, adonan bubur samin diaduk tanpa henti setelah salat Zuhur. Ada sekitar tujuh orang mengaduk bubur secara bergantian.

Ketua Takmir Masjid Darussalam M. Rosyidi Muchdor  tradisi membagikan bubur samin bermula dari kegiatan buka bersama antarlanggar di Kelurahan Jayengan pada 1930.  Warga Banjarmasin yang tinggal di Jayengan itu menyajikan kuliner khas, antara lain sop Banjarmasin, Soto Banjarmasin, lepet, Gule Banjarmasin.

Selanjutnya Ketua Takmir Masjid Darussalam periode 1965 sampai 1990 Anang Sya’roni mengikrarkan kuliner yang patut untuk digunakan buka puasa adalah Bubur Samin. Sejak itu Masjid Darussalam memproduksi Bubur Samin.

Lambat laun bubur yang disajikan sisa kemudian sisa bubur untuk buka bersama diberikan kepada warga setempat. Ketua Takmir Masjid Darussalam kembali berikrar barang siapa memberikan hidangan buka puasa kepada orang lain yang berpuasa maka mendapatkan pahala.

Sementara warga yang mendapatkan Bubur Samin pahalanya tidak akan berkurang. Akhirnya Bubur Samin diproduksi untuk dibagikan gratis kepada warga selama Ramadan mulai 1985.

“Dibagikan kepada masyarakat yang berminat bukan hanya muslim namun siapapun yang berminta membawa tempat sendiri-sendiri,” ujarnya.

Menurut dia, jumlah porsi terbanyak dengan 47 kilogram beras beserta lauk diproduksi menjadi sekitar 1.300 porsi pada 2014. Sebanyak 250 porsi untuk menu buka puasa bersama. Sisanya dibagikan gratis.

“Setelah Covid-19 kami kembali membagikan dan melestarikan amaliah nenek moyang perantau dari Kalimantan. Kami  membagikan Bubur Banjar Samin itu dengan niatan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya