Soloraya
Rabu, 5 Februari 2014 - 07:22 WIB

Demi Efisiensi, 13 SD di Sragen Terkena Regrouping

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak sekolah. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SRAGEN– Sebanyak 13 sekolah dasar (SD) di lima kecamatan Kabupaten Sragen bakal terkena program penggabungan atau regrouping pada tahun ini. Realisasi program regrouping rencananya dimulai tahun ajaran baru mendatang sembari menunggu surat keputusan (SK) dari Bupati Sragen.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Sragen, Endang Handayani, melalui Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar, Kusmanto, saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (4/2/2014), mengatakan regrouping dilakukan demi efisiensi. Mengingat, murid di sekolah tersebut sangat minim dengan jumlah kurang dari 80 orang. Selain itu, regrouping juga dilakukan untuk sekolah-sekolah yang lokasi bangunannya saling berdekatan seperti tujuh SD di wilayah Sragen Kota yang bakal digabung menjadi hanya dua SD.

Advertisement

Kusmanto menguraikan rencana regrouping memang belum disampaikan secara resmi ke sekolah masing-masing. Pasalnya, pihak Dinas Pendidikan masih menunggu SK dari Bupati Sragen. Sementara, dasar dari regrouping sendiri, ialah laporan dari Kepala UPTD Pendidikan di masing-masing sekolah pada 2013 lalu bahwa selain jumlah murid yang minim, sekolah yang berada dalam satu kawasan diprioritaskan untuk digabung. “Informasi awal itu kami dapatkan dari Kepala UPT. Demi efisiensi dan efektivitas, sekolah dengan jumlah murid sedikit atau yang berada di satu lokasi diprioritaskan di-regroup,” terangnya.

Sejumlah guru sekolah yang terkena program regrouping, lanjut Kusmanto, nantinya bakal dialihkan untuk mengajar di sekolah lain yang lokasinya dekat dengan sekolah sebelumnya. Sedangkan untuk kepala sekolah masih menunggu keputusan selanjutnya dari dinas. Sementara itu, sarana dan prasarana (Sarpras) sekolah sebelumnya yang terkena regrouping, bisa dimanfaatkan di sekolah yang digabungi atau sekolah yang digabung atau sekolah lain yang membutuhkan.

“Kalau bangunan gedungnya nanti bisa dimanfaatkan untuk sekolah yang digabungi. Misalnya untuk perpustakaan atau ruangan lainnya. Rata-rata kan lokasinya juga berdekatan,” tambah Kus.

Advertisement

Sekolah Terpencil

Kusmanto menambahkan meski jumlah minimal murid di masing-masing sekolah ialah 80 orang, Dinas Pendidikan tetap akan mempertahankan sekolah minim siswa yang berada di daerah terpencil. Salah satu pertimbangan Dinas Pendidikan mempertahankan sekolah di daerah terpencil ialah karena jarak dengan sekolah lain yang terlampau jauh. Ia mencontohkan dua sekolah terpencil di Kecamatan Sumberlawang yaitu SDN Boyolayar dan SDN Ngargotirto 4 yang hanya memiliki jumlah murid sekitar 65 orang dan tidak terkena regrouping.

“Kalau sekolah terpencil tetap kami pertahankan meskipun jumlahnya sedikit karena jaraknya jauh dari jangkauan. Nanti kasihan muridnya kalau tetap diregrouping,” tukasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif