SOLOPOS.COM - Ronny Hartono bersama sepeda onthelnya ketika berada di puncak Gunung Merbabu, Minggu (5/8/2012) didampingi dua anggota pecinta alam Asupala, Tri Harjono (kiri) dan Uuk Guntoro (kanan). (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Ronny Hartono bersama sepeda onthelnya ketika berada di puncak Gunung Merbabu, Minggu (5/8/2012) didampingi dua anggota pecinta alam Asupala, Tri Harjono (kiri) dan Uuk Guntoro (kanan). (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Mendaki 10 gunung di Jawa dan Bali serta Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan naik sepeda onthel, mana mungkin?. Siapa yang mau menjalaninya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Bagi Ronny Hartono, 34, warga Desa Purwosari RT 001/RW I, Kecamatan Patebon, Kendal, Jawa Tengah, hal itu merupakan tantangan yang mengasyikan. Buktinya, sampai saat ini sudah enam dari sepuluh puncak gunung yang berhasil didakinya.

“Sudah enam, puncak Gunung Gede, Ciremai, Slamet, Sindoro, Sumbing dan Merbabu. Tinggal empat lagi yakni, Gunung Semeru, Arjuno-Wlirong, Agung dan Rinjani,” papar Ronny saat mampir di Griya SOLOPOS, Jl Adi Sucipto No 190, Solo, Selasa (7/8/2012), sebelum melanjutkan perjalanan naik sepeda ke Jawa Timur.

Ronny yang ditemani anggota pencinta alam Asupala, Uuk Guntoro kepada Espos mengatakan, apa yang dilakukannya itu karena panggilan hati akan kecintaan alam Indonesia. Juga dalam rangka memperingati HUT ke-67 Kemerdekaan RI

“Sebelum ekspedisi mendaki 10 puncak gunung dengan sepeda onthel, saya sudah melakukan sejumlah ekspedisi lainnya,” tutur Ronny yang juga anggota Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Kendal.

Ekspedisi pertama, jalan kaki keliling Indonesia dijalaninya selama lima tahun, lima bulan empat hari. Kemudian eksepidisi kedua, mendaki enam puncak Nusantara, selama satu tahun tiga bulan, ekspedisi ketiga, menjelajah empat penjuru mata angina di Nusantara.

“Kalau yang sekarang mendaki 10 puncak gunung dengan sepeda onthel adalah ekspedisi saya yang keempat,” ujar Ronny yang mengaku mendapat support dari anggota Kosti dan pecinta alam lainnya.

Kegiatan yang dilakoni pria lulusan STM PGRI Singosari Malang tahun 1996 ini sudah dijalaninya sejak tahun 2001. Banyak orang mengatakan, apa yang dilakukan pria kelahiran 17 Agustus 1978 itu adalah bentuk kegilaan semata.

Bagi Ronny pun perkataan beberapa orang tersebut tak menghalanginya untuk terus menjelajah Indonesia. “Selama ini kita mengenal Indonesia hanya lewat tulisan, saya ingin merasakan langsung sehingga rela melakukan ini,” jelasnya kepada Solopos.com.

Ronny Hartono (JIBI/SOLOPOS/R Bambang Aris Sasangka)

Maka tak mengherankan jika kisah duka pun sering dialaminya tak menyurutkan aksinya. Seperti saat konflik di Sampit, Kalimantan Timur dan konflik Ambon, nyawanya nyaris melayang.

“Namun sukanya, saya dapat bertemu dengan 24 suku di Papu. Sebuah pengalaman tersendiri yang mungkin akan saya tuangkan dalam sebuah buku,” kata Ronny yang ingin kegiatannya dapat dicatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dan diundang di acara Kick Andy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya