Soloraya
Selasa, 28 Desember 2021 - 19:07 WIB

Derita Sopir Angkot Wonogiri, Tetap Mengaspal Meski Bawa 1 Penumpang

Luthfi S.m.  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mobil Angkot terparkir di Terminal Tipe C Wonogiri, Selasa (28/12/2021). (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Jauh sebelum layanan transportasi online hadir menyapa masyarakat, sarana transportasi umum seperti angkot sudah mulai terpinggirkan. Hal ini seiring makin meningkatkan daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor dan gadget. Cukup dengan telepon atau berkirim pesan kepada teman maupun saudara, warga bisa dijemput tanpa harus menumpang angkutan umum.

Hadirnya layanan transportasi online kian memanjakan masyarakat. Implikasinya, angkutan kota (angkot) menjadi pilihan ke sekian bagi masyarakat. Datangnya pandemi Covid-19 menambah derita para sopir angkot. Ibarat hidup segan, mati tidak mau. Berikut kisah perjuangan sopir angkot di Wonogiri yang tetap bertahan di tengah hantaman pandemi.

Advertisement

Baca Juga: Hari Ke-4 Masa Angkutan Nataru, Penumpang KA Daop 6 Yogyakarta Naik 10%

Sebelum pandemi Covid-19, Purwanto, 45, sopir angkot di Wonogiri biasa menunggu lebih lama untuk memberangkatkan mobil angkutan kota (angkot) miliknya. Sebaliknya, sejak pandemi melanda, Purwanto, harus cepat-cepat memberangkatkan penumpang yang sudah duduk di mobilnya.

Advertisement

Sebelum pandemi Covid-19, Purwanto, 45, sopir angkot di Wonogiri biasa menunggu lebih lama untuk memberangkatkan mobil angkutan kota (angkot) miliknya. Sebaliknya, sejak pandemi melanda, Purwanto, harus cepat-cepat memberangkatkan penumpang yang sudah duduk di mobilnya.

Alasannya, masyarakat kini tak banyak yang menggunakan moda transportasi umum, seperti angkutan, untuk bepergian ke tempat-tempat tujuan mereka. Jika ia menunggu lebih lama, alih-alih mendapat tambahan penumpang, ia justru takut penumpangnya buru-buru pindah ke angkot lain.

Pandemi Covid-19 yang berdampak pada bidang pendidikan, mengharuskan para pelajar belajar dari rumah. Hal ini turut memengaruhi Purwanto dan sopir angkot lainnya. Mereka berharap mendapat lebih banyak penumpang dari kalangan pelajar.

Advertisement

“Sebelum pandemi Covid-19, ini kan banyak anak sekolah yang memakai angkot [menuju] ke sekolahnya. Jadi perputaran uangnya, meski sedikit-sedikit pasti ada. Lumayan lah, kalau pelajar cukup bayar Rp2.000 sedangkan umum bayarnya Rp3.000,” kata Purwanto ketika ditemui Solopos.com, Selasa (28/12/2021).

Sepinya penumpang juga dialami Mulyadi, 35. Bedanya dengan Purwanto, Selasa (28/12/2021) pagi sekitar pukul 09.00 WIB, Mulyadi telah selesai menurunkan penumpang. Terlihat di saku bajunya beberapa lembar uang kertas terlipat rapi.

Sepinya penumpang lebih dikarenakan masyarakat yang takut bepergian, terutama belanja ke pasar. “Masyarakat mungkin takut ke pasar selama Pandemi Covid-19, jadi memilih untuk belanja ke pedagang sayur dekat rumahnya. Selama pandemi itu saya lihat-lihat memang banyak yang buka usaha sayur dari rumah masing-masing,” ujar Mulyadi.

Advertisement

Baca Juga: Kuatkan Partisipasi dan Solidaritas Masyarakat Wonogiri Hadapi Pandemi

Baik Purwanto, Mulyadi, maupun sopir angkot lainnya, terpaksa hanya ngetem sampai pukul 15.00 WIB. Sebab di waktu itu pasar sudah sepi. Sepinya penumpang sejak merebaknya Covid-19 sempat menyulut perhatian pemerintah. Para sopir angkot mengaku mendapat bantuan langsung tunai yang dikirim ke rekening mereka.

“Dulu pernah dapat bantuan senilai Rp600.000. Semua sopir angkot dapat. Tapi cuma 3 (tiga) kali saja, habis itu enggak dapat bantuan lagi sampai sekarang,” tutur sopir angkot Wonogiri, Mandra, 51, ketika ditemui Solopos.com, Selasa (28/12/2021).

Advertisement

Selain pandemi Covid-19 yang berdampak banyak pada sepinya penumpang angkot, keberadaan transportasi online juga punya andil. Transportasi online diminati masyarakat karena bisa menjemput dan mengantar penumpang dari mana saja. Berbeda dengan angkutan umum (angkot) yang hanya mengaspal sesuai jalur yang ditetapkan.

Baca Juga: Pengangguran di Wonogiri Meningkat Selama Pandemi, Ini Solusi Pemkab

“Yang kadang susah, banyak driver online yang menjemput dan memberhentikan penumpang di sembarang tempat. Misalnya di sini [Pasar Kota Wonogiri] kan sebenarnya zona merah untuk transportasi online. Jadi kadang-kadang kalau ada yang nekat itu menimbulkan kecemburuan bagi kami,” ujar Mandra.

Ketika melihat driver transportasi online yang memberhentikan penumpangnya di zona merah, sopir-sopir angkot mengingatkan dan menasehati mereka.

Tak Ada Pilihan Lain

Dalam kesempatan yang sama, Solopos.com mengajukan pertanyaan mengenai alasan mereka memilih tetap bekerja sebagai sopir angkot. Alasannya beragam.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 Wonogiri Dipuji Staf Presiden: Sudah On The Track

Seperti Mulyadi, ia sebenarnya tak hanya mengadu nasib sebagai sopir angkot. Di rumah, ketika Mulyadi selesai mencari penumpang, ia dan istrinya berjualan makanan.

Lain halnya Mandra dan Purwanto, di usianya yang setengah baya membuat mereka hanya bisa bekerja sebagai sopir. “Istilahnya, hidup segan mati tak mau,” pungkas Mandra yang lalu tertawa bersama sopir angkot lainnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif