SOLOPOS.COM - Kondisi wilayah Dukuh Gondang, Desa Balerante, Selasa (14/3/2023) pagi. (Istimewa/dokumentasi Jainu)

Solopos.com, KLATEN — Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Pusat mengunjungi Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kamis (5/10/2023) dalam rangkat observasi lapangan implementasi pilot project Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana (Gagah Bencana).

Gagah Bencana merupakan gerakan PKK dari tingkat pusat hingga desa/ kelurahan, untuk membentuk individu keluarga dan masyarakat agar mampu menolong diri sendiri dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan, kelestarian lingkungan hidup, dan perencanaan sehat, dari aspek fisik manusia maupun lingkungannya, yang tanggap dan tangguh terhadap berbagai bentuk bencana.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Bupati Klaten, Sri Mulyani secara langsung menyambut kedatangan tim observasi TP PKK Pusat. 

Ia menyampaikan, Balerante merupakan salah satu desa di Klaten yang lokasinya paling dekat dengan kawah Gunung Merapi dengan jarak sekitar 5 kilometer dari puncak. 

Selama ini, masyarakat Balerante hidup berdampingan dengan bencana erupsi Gunung Merapi

“Klaten masuk kategori nomor 4 rawan bencana di Provinsi Jawa Tengah, sehingga sangat tepat sekali Tim Penggerak PKK Pusat dan Provisi Jawa Tengah mengunjungi Kabupaten Klaten untuk menyemangati Tim Penggerak PKK baik ditingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa dengan kegiatan Gagah Bencana,” ujarnya, dilansir laman resmi Pemkab Klaten, dikutip Sabtu (7/10/2023).

Melansir dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Desa Balerante, Kecamatan Kemalang merupakan salah satu daerah yang paling rawan terkena dampak letusan Gunung Merapi karena letaknya di kawasan rawan bencana (KRB) III dan KRB II.

Desa Balerante memiliki penduduk sekitar 2.023 jiwa berdasarkan pendataan hingga 2018.

Masih melansir dari data dari BNPB pada 2010, letusan Gunung Merapi merusak pemukiman, infrastruktur dan sarana umum seperti sarana pendidikan, kesehatan, perdagangan dan pemerintahan. 

Rusaknya sarana-sarana tersebut juga mengakibatkan masyarakat kehilangan kesempatan kerja. Masyarakat juga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. 

Korban letusan Gunung Merapi di Desa Balerante pada 25 Maret 2010 sebanyak 4 orang jiwa meninggal dunia karena luka bakar akibat awan panas dan 1.806 jiwa tinggal dipengungsian. 

Jumlah rumah yang rusak berat sebanyak 115 unit dan 52 unit rusak ringan hingga sedang, jaringan pipa air bersih terputus, 20 unit tiang listrik roboh dan sekitar 6 KM jalan rusak berat.

Masyarakat yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, peternakan dan perkebunan harus kehilangan mata pencahariannya karena abu vulkanik dan pasir serta awan panas yang telah menghancurkan lahan pertanian, peternakan dan perkebunan masyarakat. 

Luas lahan pertanian dan perkebunan yang terkena awan panas sekitar 30 Ha dan sebanyak 319 ekor ternak mati.

Mengutip jurnal Kerentanan Masyarakat Desa Balerante, Kemalang, Klaten, terhadap Ancaman Bencana Letusan Gunung Merapi (2020), sampai saat ini, masyarakat Desa Balerante hidup berdampingan dengan ancaman bencana letusan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. 

Letusan Gunung Merapi yang pernah terjadi tidak membuat masyarakat mudah meninggalkan tempat asalnya. 

Usaha relokasi yang pernah dilakukan pemerintah tidak mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat karena keterikatan masyarakat terhadap tanah yang diwariskan turun temurun dan memilih kembali lagi untuk mengurus lahan pertanian. 

Masyarakat juga memiliki ikatan sosial yang kuat dengan daerah asalnya tersebut walaupun masyarakat juga menyadari besarnya risiko bencana yang menanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya