SOLOPOS.COM - Dua orang anak bermain air di salah satu umbul yang ada di Tlangu, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten, Sabtu (12/10/2013). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

 Dua orang anak bermain air di salah satu umbul yang ada di Tlangu, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten, Sabtu (12/10/2013). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)


Dua orang anak bermain air di salah satu umbul yang ada di Tlangu, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten, Sabtu (12/10/2013). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Sinar matahari hampir berada tepat di atas kepala, Sabtu (12/10/2013). Namun, hal itu tidak menyurutkan dua bocah untuk bermain air di salah satu sumber air di Tlangu, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten. Dengan riang, dua bocah itu saling menyiramkan air dengan menggunakan tangan dan gayung. Sumber air yang biasa digunakan untuk mencuci dan bermain air itu berukuran sekitar 1 meter (m) x 1 m.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Warga setempat biasa menyebut sumber air itu sebagai umbul Tlangu. Umbul itu dibatasi oleh tembok yang mengelilingi sumber air dengan ketinggian sekitar 1 m. Tembok itu hanya terbuat dari batu-batu dan sedikit semen. Sementara, umbul itu memiliki kedalaman lebih dari 2 m. Beberapa ikan kecil juga hidup di dalam umbul tersebut.

Selain umbul yang ada di Tlangu, Desa Bulan juga memiliki lebih dari tujuh sumber air yang masih aktif. Dahulu Desa Bulan memiliki lebih dari 15 umbul. Namun, seiring berjalannya waktu beberap umbul sudah tidak lagi mengeluarkan sumber air. Salah satu tokoh masyarakat setempat, Saminto, 65, mengatakan banyaknya umbul di desanya merupakan salah satu faktor kenapa desanya disebut dengan Desa Bulan. Dahulu, umbul itu sering digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci hingga mengairi sawah.

Kini, masyarakat sudah banyak memiliki sumur, sehingga tidak lagi menggunakan umbul tersebut untuk mandi. “Beberapa orang masih menggunakan untuk mencuci pakaian, bermain air dan tetap untuk mengairi sawah,” ungkapnya kepada Solopos.com di lokasi, Sabtu.

Berdasarkan cerita masyarakat setempat, pasangan yang hendak menikah harus diarak menuju umbul tersebut. Jika tidak dilakukan, pasangan itu menurut kepercayaan masyarakat setempat menjadi tidak berkah. Kendati demikian, saat ini tradisi tersebut sudah mulai hilang.

Menurutnya, di Desa Bulan masih terasa kental dengan sosok kepimimpinan Kades pertama, Mbah Bei. Dia dikenal dengan sosok pemimpin yang berpihak kepada masyarakat. Terlebih istri Mbah Bei merupakan seorang wanita keturunan darah biru dari Keraton Solo. “Istri Mbah Bei sering disebut dengan Mbah Ndoro,” kata warga Tlangu itu  kepada Solopos.com.

Desa Bulan memiliki luas sekitar 184 Hektar (Ha). Sekretaris Desa Bulan, Santosa, mengatakan dari luas itu, 141 Ha di antaranya digunakan untuk lahan pertanian. Sedangkan, sisanya digunakan untuk permukiman penduduk. Desa Bulan kini memiliki jumlah penduduk sekitar 3.400 orang. “Dari jumlah itu, mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya