Soloraya
Rabu, 10 November 2021 - 10:27 WIB

Desa di Boyolali Didorong Miliki Renkon, Begini Maksudnya

Cahyadi Kurniawan  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas Polri dan TNI Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, melakukan patroli di daerah rawan bencana di lereng Merapi, Jumat (6/11/2020). (Solopos-Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI—Setiap desa di Kabupaten Boyolali didorong memiliki rencana kontijensi (renkon) penanggulangan bencana. Saat ini, renkon baru dimiliki di desa-desa yang masuk kawasan risiko bencana (KRB) 3 Gunung Merapi.

Dikutip dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bnpb.go.id, renkon merupakan proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan yang kemungkinan besar terjadi, namun juga belum tentu terjadi. Renkon mendorong penguatan kesiapsiagaan lintas stakeholder dalam menanggulangi bencana.

Advertisement

Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Eko Suharsono, mengatakan renkon umumnya memuat mengenai jenis ancaman yang ada di daerah, tingkat paparan, hingga identifikasi sumber daya yang ada. Renkon memuat skenario penanganan apabila terjadi bencana.

Baca Juga: Setop Narkoba, BANN Klaten Berikan Bantuan Sembako ke Anjal

“Di sana sudah ada skenario, identifikasi masalah, sumber daya yang dimiliki, gambaran umum wilayah, dan lainnya. Diupayakan semua desa memiliki renkon. Boyolali saja baru ada renkon banjir, tanah longsor, dan gunung Merapi. Renkon di desa ada di semua yang masuk KRB 3 gunung Merapi,” kata Eko, saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (9/11/2021).

Advertisement

Renkon juga harus diimbangi dengan penguatan kapasitas masyarakat. Sebab, dalam situasi darurat, masyarakat yang lebih dulu bertindak dibandingkan bantuan dari otoritas. Maka, membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana menjadi hal urgen.

“Masalahnya bagaimana menyiapkan ketangguhan masyarakat. Selama ini informasi kami dari BMKG diteruskan kepada masyarakat. Ada juga format pelaporan bencana. Komunikasi kami gelar melalui media sosial termasuk sosialisasi ke desa-desa rawan bencana,” ujar Eko.

Baca Juga: Setop Narkoba, BANN Klaten Berikan Bantuan Sembako ke Anjal

Advertisement

Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kecamatan Selo, Mujianto, berpendapat kesiapsiagaan masyarakat di Boyolali dalam menghadapi bencana terus meningkat seiring dengan bermunculan desa-desa tangguh bencana (destana). Penguatan ini juga didorong oleh makin banyaknya sukarelawan di desa-desa.

“Komunitas sukarelawan di Boyolali ini luar biasa. Hanya tinggal mengemas bersama arahan dan peningkatan kapasitas yang ada,” ujar dia.

Menurut dia, meningkatkan kesiapsiagaan yang digelar oleh BPBD Boyolali dengan menggelar simulasi di Desa Kendel merupakan salah satu terobosan. Selama ini upaya kesiapsiagaan banyak terkonsentrasi ke gunung Merapi. “Sekarang mengambil longsor. Inisiasi dari BPBD ini menjadi tanggapan yang positif,” ujar dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif