SOLOPOS.COM - Siswa-siswi murid KB/TK Amanah Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo menyantap makanan olahan ikan di desa setempat, Kamis (2/6/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Kepala Desa Wonorejo, Yusuf Aziz Rahma, menyebut selain berupaya menggalakkan kegiatan yang berorientasi pada ekonomi warga desa pihaknya juga terus berupaya meningkatkan kualitas generasi mendatang melalui gerakan gemar makan ikan.

“Kami Pemerintah Desa Wonorejo beberapa waktu lalu memberikan subsidi dalam tajuk program ketahanan pangan dengan tema Mina Ampuh [anak muda punya usaha]. Kami harapkan selama lima tahun ke depan setiap tahun kami anggarkan enam kolam sehingga ada 30 kolam totalnya,” jelasnya saat ditemui Solopos.com dalam kegiatan panen ikan nila sekaligus gerakan gemar makan ikan di Wonorejo, Kamis (2/6/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dia menambahkan tujuan dari kegiatan tersebut di samping pihaknya mendukung program pemerintah pusat terkait ketahanan pangan juga sebagai bentuk dukungan kegiatan anak-anak muda yang di bidang ekonomi.

“Ceritanya kami berikan pendanaan dengan sumber dana desa untuk dibuatkan enam kolam ikan nila yang alhamdulilah setelah beberapa waktu lalu kita bisa panen sekarang. Kalau rata-rata panen sekitar 80 kilogram dengan isi per kilogram sekitar 4-5 ekor lebih,” jelasnya.

Dari sanalah menurutnya gerakan gemar makan ikan juga dapat terjalin. Pasalnya dalam kegiatan panen ibu-ibu PKK desa setempat juga menjadi sasaran konsumen pertama yang ditawarkan membeli ikan hasil budi daya pemuda setempat.

Baca juga: Prevalensi Stunting di Indonesia Peringkat Ke-115 Skala Global

Diwawancarai terpisah, pengelola KB/TK Amanah Desa Wonorejo, Siti Markamah, menyebut turut mendukug kegiatan pemerintah desa tersebut. “Kami dari KB/TK Desa Wonorejo turut berpartisipasi memeriahkan dengan agenda anak-anak diberi motivasi untuk gemar makan ikan. Karena ikan penting untuk masa anak-anak karena masa anak-anak diperlukan tumbuh kembang supaya cerdas. Kami ingin memperkenalkan jangan sampai anak kami ada yang stunting. Ada 21 anak yang ikut dalam kegiatan,” jelasnya.

Kreasi Makanan Berbahan Ikan

Tak hanya mensosialisasikan gemar makan ikan melalui yel-yel maupun nyanyian, pihaknya juga berupaya membuat anak-anak senang makan ikan dengan menyajikan olahan ikan dalam bentuk lain. 21 Anak dengan seragam kuning hijau tersebut juga terlihat lahap menyantap olahan ikan yang disajikan.

“Dari ikan nila kami olah menjadi kreasi, karena dari anak-anak kadang kalau disajikan ikan utuh kadang-kadang ada yang kurang minat. Jadi kami bentuk nugget dikreasi biar anak-anak suka dan termotivasi makan ikan,” katanya.

Baca juga: Ini 8 Aksi Konvergensi Pemkab Sukoharjo Cegah Stunting

Dia berharap dengan kegiatan tersebut dapat memupuk minat anak dan orang tua untuk terus berupaya memberikan gizi terbaik selama tumbuh kembang anak.

“Kami dari pendidik ingin generasi mendatang cerdas, sehat kuat dan memiliki generasi yang gemilang. Kami berharap dengan makan ikan ini dapat menurunkan angka stunting di Desa Wonorejo. Karena ikan kaya protein, vitamin, omega 3 dan omega 6,” harapnya.

Diberitakan sebelumnya, total jumlah anak mengalami stunting di Kabupaten Sukoharjo saat ini sebanyak 594 orang yang tersebar di delapan kecamatan. Dari angka tersebut, Kecamatan Polokarto menjadi daerah terbanyak kasus stunting.

“Kasus stunting paling banyak di wilayah Polokarto. Ada 10 desa dengan jumlah anak stunting cukup besar. Kami prioritaskan penanganan stunting di desa-desa dengan kasus stunting tinggi,” kata Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, saat ditemui wartawan di Gedung Menara Wijaya, Rabu (16/2/2022).

Baca juga: 594 Anak Sukoharjo Alami Stunting, Terbanyak di Kecamatan Polokarto

Menurut Bupati, pemerintah menggeber pencegahan stunting sejak munculnya pandemi Covid-19 pada 2020. Pencegahan stunting menjadi program prioritas di setiap daerah guna mewujudkan sumber daya manusia (SDM) termasuk pembentukan generasi emas 2045.

Kepala DPPKBP3A Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, menyatakan total jumlah anak stunting yang tersebar di 20 desa sebanyak 594 orang. Penyebab anak stunting adalah kekurangan asupan gizi, infeksi pada ibu, serta anemia atau kekurangan sel darah merah yang sehat.

Kasus stunting diukur berdasarkan tinggi dan berat badan anak yang disesuaikan dengan usia. Pertumbuhan anak dianggap normal jika tinggi badan selalu bertambah setiap saat. Sebaliknya, apabila pertumbuhan anak terhambat maka tinggi badan anak lebih pendek dibanding ukuran normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya