SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pengeboran Sumur Artesis (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Pengeboran Sumur Artesis (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Pengeboran Sumur Artesis (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Petani di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo mulai memutar otak untuk mengantisipasi kekeringan lahan akibat normalisasi saluran irigasi primer pada Oktober mendatang. Pemerintah desa (Pemdes) setempat membangun dua sumur artesis yang rencananya digunakan untuk pengairan sawah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Urusan (Kaur) Pengairan (Ulu-Ulu) Desa Gentan, Sartono, mengatakan sebagian petani baru mulai menanam padi pada musim tanam (MT) III ini. Tanaman padi memang lazim ditanam sepanjang tahun di Desa Gentan. Namun melihat jadwal pengeringan saluran irigasi yang jatuh di bulan Oktober, petani cukup waswas. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, Pemdes Gentan membangun dua sumur artesis. Pembangunan sumur tersebut menelan dana sekitar Rp16 juta yang diambil dari kas desa.

“Sumur tersebut memang akan digunakan petani untuk mengairi sawah. Satu sumur saat ini sedang dibangun sementara sumur lain akan menyusul,” jelasnya saat ditemui Solopos.com, Kamis (29/8/2013).

Selain mengandalkan sumur dalam, pengairan sawah di lahan seluas 300 hektare itu juga menggunakan air dari Bendung Cendana. Bendung tersebut menampung air dari sungai aliran dari Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Sartono menambahkan banyak saluran irigasi sekunder yang sudah mulai rusak dan bocor.  Sementara itu, Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto, mengatakan petani akan mengandalkan pasokan air dari sungai maupun sumur artesis untuk mencukupi kebutuhan air selama normalisasi irigasi.  Ia juga mengakui banyaknya aluran irigasi yang sudah rusak di saluran irigasi sekunder. Oleh karena itu, air seringkali tidak sampai ke beberapa sawah yang dilewati aliran Dam Colo Timur.

“Memang sudah banyak yang bocor di saluran sekunder. Kami sudah lapor baik Dinas Pertanian (Dispertan), Dinas Pekerjaan Umum (DPU) maupun Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Koordinasi antarinstansi ini masih lemah sehingga perbaikan saluran irigasi belum dapat ditangani dengan baik,” jelasnya.

Ia berharap ke depan instansi ini dapat berkoordinasi sehingga pembenahan saluran irigasi di lapangan sesuai dengan kondisi di lapangan. Ia menyayangkan perbaikan saluran irigasi justru dilakukan di lokasi yang mudah dijangkau. Lokasi yang sulit dan biasanya dikeluhkan petani justru jarang terjamah perbaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya