SOLOPOS.COM - JEMUR RAMBAK-Dua pekerja menjemur rambak di Dukuh Ngares, Desa Kadireso, Kecamatan Teras, pekan lalu. (Yus Mei Sawitri/JIBI/SOLOPOS)

JEMUR RAMBAK-Dua pekerja menjemur rambak di Dukuh Ngares, Desa Kadireso, Kecamatan Teras, pekan lalu. (Yus Mei Sawitri/JIBI/SOLOPOS)

Denyut nadi Desa Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupten Boyolali tidak bisa dilepaskan dari rambak. Ya, makanan renyah yang biasanya kerap tersedia sebagai teman nasi itu sejak belasan tahun telah menjadi sandaran kehidupan mayoritas warga.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Menyusuri Desa Kadireso, tepatnya di dukuh Ngares, tak sulit dijumpai halaman rumah warga yang dipenuhi rambak yang sedang dijemur. Rambak-rambak tersebut nantinya akan dikirimkan ke berbagai daerah, karena produksi dari desa ini memang telah berhasil menembus pasaran hingga ke Luar Jawa.

Seperti yang dituturkan salah satu pengrajin rambak di Dukuh Ngares, Iwan Nur Zainudin, 38. Sejak 11 tahun silam, dia telah menekuni usaha ini dan berlanjut sampai sekarang. Dalam sehari, pria yang mempekerjakan empat pegawai ini mampu memroduksi sekitar 5 kuintal rambak. Rambak yang dikemas mentah itu kemudian dipasarkannya ke berbagai daerah.

“Rambaknya dijual ke mana saja, misal Jakarta, Bandung, Semarang hingga Sumatra. Sekilonya dibanderol Rp6.800, rambaknya dikemas masih dalam kondisi mentah. Sudah 11 tahun saya menekuni usaha ini, hasilnya lumayan,” tutur Iwan, ketika dijumpai Solopos.com di kediamannya baru-baru ini.

Usaha rambak miliknya menurut Iwan jarang menjumpai kendala berarti. Tapi di musim hujan seperti saat ini, pengusaha rambak biasanya terbentur persoalan dalam pengeringan. Minimnya sinar matahari membuat pengeringan rambah membutuhkan waktu lebih lama. Kalau dalam kondisi normal, biasanya rambah bisa kering dalam kurun waktu satu setengah hari. Namun jika cuaca mendung, butuh lebih dari dua hari.

Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengeringkan rambak di oven. Iwan menjamin rasa rambak tak berubah meski pengeringannya di oven, bukan dengan sinar matahari.

“Dalam sehari, rambak yang dihasilkan dari desa ini sekitar 4 ton. Pengiriman biasanya dilakukan tiap pekan,” kata Iwan.

Terpisah, warga Kadireso lainnya, Priyadi, menyebut ada enam produsen rambak yang cukup besar di desa tersebut. Namun, banyak sekali warga lain yang terlibat dalam prosesnya. Sehingga  usaha rambak tersebut berhasil memberdayakan masyarakat setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya