SOLOPOS.COM - Kepala Desa Laban, Mojolaban, Sukoharjo, Sugiyanto menunjukkan pohon laban yang ditanam di balai desa setempat, Jumat (30/12/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO Pohon laban (vitex pinnata) menjadi asal usul nama desa di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

Nama pohon itu tersemat di Desa Laban, Mojolaban, Sukoharjo yang secara strategis berbatasan dengan Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon, Solo.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Desa Laban, Sugiyanto, Jumat (30/12/2022), mengatakan berdasarkan beberapa cerita dari orang tua zaman dulu, seluruh kawasan Desa Laban didominasi pohon laban hingga terciptalah nama Desa Laban.

Saat ini kawasan Laban menjadi daerah yang dilirik banyak pengembang perumahan. Menurutnya dengan masuknya pengembang sedikit banyak merubah kondisi lingkungan. Terutama dengan pertambahan penduduk yang terbilang sangat tinggi.

Dari segi ekonomi, kepadatan penduduk menambah pemasukan warga. Seperti adanya peningkatan pembeli di berbagai sektor ekonomi di wilayah setempat.

Banjir

Namun, di sisi lain wilayah yang dulunya menjadi resapan air karena dibangun perumahan kini menyebabkan dampak banjir yang meluas.

“Karena ada dua kategori banjir satu yang tidak bisa diantisipasi karena faktor alam. Satunya dari buangan air hujan atau irigasi yang akan masuk ke sungai. Dulunya kan sawah sebagai tampungan sekarang dijadikan perumahan. Otomatis tanah lebih tinggi, yang dulunya bisa untuk parkir air sekarang jadi permukiman,” ungkap Sugiyanto.

Selain banyaknya perumahan, Desa Laban juga dikenal dengan banyaknya perajin gamelan. Meski bahan baku gamelan mahal, perajin masih menggantungkan hidup memproduksi instrumen alat musik tersebut.

Dia berharap ada perhatian dari pemerintah mengenai kelestarian produksi gamelan. Misalnya di beberapa kegiatan pemerintah daerah diharapkan dapat mengadakan lomba karawitan.

Dengan begitu dapat mendorong warga melakukan kegiatan seni budaya sekaligus memasarkan produk gamelan.

Namun dia meminta pemasaran produk gamelan tanpa menggunakan lelang, sehingga bisa langsung menyasar ke perajin. Mengingat jika ada lelang harga akan jatuh karena pembeli mencari penawaran terendah.

Terkadang pihak luar seperti calo justru bisa ikut lelang dan mendapatkan keuntungan lebih besar daripada perajin.

Selain itu di Desa Laban juga dikenal sebagai perajin kain pantai dan batik. Namun saat ini produksinya masih pasang surut semenjak pandemi Covid-19.

Penurunan produksi kain pantai maupun batik menurutnya disebabkan kenaikan bahan baku pewarna kain.

Dia juga mengatakan demi meningkatan pendapatan warga pihak pemerintah desa membuat kolam ikan. Hal itu sekaligus sejalan dengan program gemar makan ikan. Kini di Desa Laban memiliki dua kolam besar.

Masing-masing berada di Laban Barat yang diberi nama Mina Makmur dan juga Mina Makmur lestari yang terletak di Laban Timur. Masing-masing kolam dikelola sekitar 20 orang warga setempat.

Sejarah Pohon Laban

Berdasarkan potensi yang ada pohon laban yang cukup berkualitas untuk pembuatan kendang maupun bedug kini sudah jarang ditemukan di desa. Konon para perajin kendang di desa dulunya memanfaatkan pohon-pohon itu.

Selain kayu laban, pembuatan kendang atau bedug juga bisa menggunakan kayu nangka. Sementara pertumbuhan kayu laban cukup lama, jika sering ditebang dan tidak ada peremajaan pohon itu akhirnya habis.

Sementara, jumlah kayu nangka besar juga sudah menurun di wilayah Desa Laban. Kini hanya tersisa pepohonan kecil yang tidak bisa digunakan untuk pembuatan kendang yang masih diteruskan warga saat ini.

Namun, di Balai Desa setempat ada dua pohon laban yang sengaja ditanam untuk melestarikan asal-usul desa.

“Di Desa Laban saat ini hanya ada dua sampai tiga pohon saja. Ya di balai desa itu adanya, di wilayah lain sudah tidak ada. Sudah habis,” kata Sugiyanto

Dia tak tahu menahu sejak kapan kawasan Desa Laban itu mengalami masa kejayaan pohon laban begitu pun kapan habisnya pohon laban di desa setempat. Sebab beberapa sesepuh kini tak lagi ada, cerita itu kini hanyalah berupa sisa ingatan dari cerita para sesepuh.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya