Soloraya
Senin, 7 Maret 2022 - 19:07 WIB

Desa Ngebung Sragen Punya Kesenian Wayang Purba, Ini Keunikannya

Wahyu Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pentas wayang purba dalam pasar budaya di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Sabtu (20/11/2021) malam. Acara ini bentuk pemberdayaan kepada masyarakat serta melestarikan seni budaya di Kawasan Sangiran. (Istimewa/Wakimin)

Solopos.com, SRAGEN — Para pegiat budaya Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Sragen menciptakan kesenian baru wayang kulit yang diberi nama wayang purba. Seni kreasi baru tersebut untuk mendukung wisata Kawasan Situs Manusia Purba Sangiran.

Wayang kulit pada umumnya tokoh-tokoh seperti Punakawan, Pandawa, Kurawa, dan lainnya, tapi wayang purba tidak demikian. Wayang purba menampilkan tokoh-tokoh wayang berupa manusia purba atau orang zaman prasejarah.

Advertisement

Salah satu pegiat budaya Desa Ngebung, Wakimin, 33, menjelaskan para seniman setempat memilih mengembangkan wayang sebab desa-desa di Kawasan Situs Sangiran belum ada kesenian wayang. Kebanyakan merupakan seni tari, antara lain tari purba dan tari balung buta.

“Untuk Desa Ngebung ingin tampil beda dari desa lain dengan menampilkan wayang purba. Kebetulan ada dalang di Ngebung,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (7/3/2022).

Advertisement

“Untuk Desa Ngebung ingin tampil beda dari desa lain dengan menampilkan wayang purba. Kebetulan ada dalang di Ngebung,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (7/3/2022).

Seni budaya wayang purba ini kali pertama dikenalkan pada pentas Pasar Budaya Desa Ngebung pada (20/11/2021) malam. Wayang purba saat itu dipentaskan dengan iringan gamelan, seperti pentas wayang kulit pada umumnya. Dalangnya adalah seniman muda setempat.

Ada sekitar 15 tokoh wayang purba yang menjadi lakon pada pentas bertajuk “Garing Melu Garing Teles Melu Teles” itu. Pentas berlangsung meriah dengan durasi 3,5 jam.

Advertisement

“Persiapannya luar biasa. Pengerjaan membikin wayang purba melibatkan teman-teman pengiat budaya dalam kepanitiaan. Membikin wayang purba dikejar waktu bersamaan kegiatan Pasar Budaya. Kami lembur mulai habis Isya sampai Subuh lebih dari dua pekan,” jelasnya.

Baca Juga: Mati Suri 12 Tahun, Pemdes Bukuran Sragen Akan Hidupkan Lagi Rodat

Pegiat Budaya Desa Ngebung sekaligus penulis naskah “Garing Melu Garing Teles Melu Teles”, Joni Susanto, 32, Senin (17/3/2022) mengatakan wayang purba yang dipentaskan itu sebenarnya belum sepenuhnya memenuhi unsur purba. Itu karena masih menggunakan gamelan yang dianggap alat musim modern. Gamelan baru ada pada zaman sejarah atau zaman sudah dikenalnya tulis menulis.

Advertisement

Joni menjelaskan para pegiat budaya mencari alat musik lain supaya lebih mendekati unsur purba. Para pegiat budaya akan merilis konsep baru tersebut kepada publik saat sudah rampung dikaji. Nantinya ada sekitar 30 tokoh wayang purba yang dipentaskan.

“Tetap menggunakan wayang kulit namun bakal ada proses perubahan dari konsep wayang dan pementasannya. Nanti kemasan baru pasti ada, dengan perpaduan wayang orang,” kata Joni.

Situs Manusia Purba Terbesar

Seperti diketahui, di Kecamatan Kalijambe terdapat sebuah situs manusia purba yang terbesar dan terpenting di dunia yakni Sangiran di Desa Krikilan. Pada situs Sangiran telah ditemukan sebanyak sekitar 100 fosil manusia purba (Homo erectus) atau 50% lebih temuan fosil Homo erectus di dunia, dan lebih dari 60% yang ditemukan di Indonesia.

Advertisement

Baca Juga: Tak Banyak Yang Tahu, Begini Makna Filosofi Seni Tayub Khas Sragen

Oleh karena kandungannya yang mempunyai nilai tinggi pada kesejarahan dan ilmu pengetahuan, maka Situs Sangiran telah ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya. Selain itu, UNESCO telah menetapkan Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage).

Sementara di Desa Ngebung terdapat Museum Sangiran Klaster Ngebung. Situs Ngebung memiliki nilai sejarah yang tak ternilai karena merupakan lokasi pertama kali dilakukan penggalian fosil manusia purba secara sistematik dengan hasil yang menakjubkan. Penemuan pada situs Ngebung berupa fosil binatang, artefak, dan sisa-sisa kehidupan manusia di masa lalu. Banyak hal yang bisa dipelajari ketika berkunjung ke Klaster Ngebung.

Seni wayang purba ini adaah upaya warga setempat untuk mengangkat hal kepurbakalaan sebagai salah satu identitas wilayah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif