SOLOPOS.COM - Foto petani tanam kacang tanah. (JIBI/Solopos/Dok)


Petani memanen kacang tanah di ditanam di kawasan bibir Waduk Gajah Mungkur (WGM) tepatnya di Desa Pondoksari, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Tika Sekar Arum/JIBI/SOLOPOS)

Seperti umumnya desa lain yang tidak mendapat dukungan penuh air irigasi, petani di Desa Pondoksari, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri lebih memilih budi daya tanaman palawija.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Memang ada sebagian yang bertahan dengan tanaman padi. Namun, dari 405 hektare lahan hanya puluhan hektar yang bisa ditanami padi. Selebihnya warga di desa yang berjarak 9 kilometer dari pusat kecamatan ini menanam singkong, jagung atau kacang tanah.

Kacang tanah menjadi tanaman favorit di Desa Pondoksari sehingga tak heran tanaman ini bisa ditemukan di banyak tempat.

Di Desa yang dihuni 2.241 jiwa itu, sedikitnya 251 hektare lahan digunakan untuk menanam kacang tanah setiap tahun selama tiga kali masa panen. Satu kali panen di lahan seluas satu hektare, petani bisa menghasilkan sekitar 2 ton kacang tanah.

Mereka tidak perlu repot mengurus pascapanen palawija itu sebab pengepul sudah siap membeli kacang tanah mereka dalam keadaan basah. Satu kilogram (kg) kacang tanah gelondong basah dihargai Rp2.500.

“Musim seperti ini, harga kacang tanah sedang jatuh karena cenderung basah. Tapi tidak masalah, karena tanah di sini memang cocok untuk kacang tanah, hasilnya tetap bagus dan banyak,” ungkap Pjs Kepala Desa (Kades) Pondoksari, Muhammad Toha Nasrudin, saat ditemui Solopos.com, di balaidesa setempat, belum lama ini.

Harga Tinggi

Pada kondisi curah hujan normal, harga kacang tanah bisa mencapai Rp4.000-Rp4.200/kg. Artinya, warga yang punya lahan satu hektar bisa mengantongi uang Rp8 juta/panen. Bahkan, pada saat cuaca sangat kering, pengepul berani memberi harga hampir Rp10.000/kg.

Menurut Kepala Urusan (Kaur) Ekonomi Pembangunan Desa Pondoksari, Suparyo, harga kacang tanah pada musim kemarau lebih tinggi karena kondisi kacang yang relatif kering.

Kacang tanah tersebut oleh para pengepul disetorkan kepada pedagang yang lebih besar untuk kemudian dikirimkan ke pabrik pengolah kacang tanah.

“Bisa jadi snack kacang yang kita nikmati itu berasal dari Pondoksari,” imbuh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Nguntoronadi, Suwarno, yang kebetulan tengah meninjau Desa Pondoksari.

Warga Desa Pondoksari memang cukup terbantu dengan keberadaan Waduk Gajah Mungkur (WGM) di sisi barat desa. Pasalnya, sejumlah warga bisa memanfaatkan bibir waduk untuk bercocok tanam. Untuk keperluan itu, mereka biasanya menyewa pada pengelola waduk senilai Rp50/meter persegi.

Berbekal potensi lahan yang cocok untuk budi daya kacang tanah dan faktor kedekatan dengan WGM, warga Desa Pondoksari terus mengembangkan diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya