Soloraya
Jumat, 13 Januari 2023 - 18:28 WIB

Desa Semagar Wonogiri Serius Garap Kopi Robusta, Omzet Capai Rp24 Juta/Bulan

Muhammad Diky Praditia  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani tengah memanen kopi di Semagar, Girimarto, Wonogiri. Kopi menjadi komoditas unggulan di Semagar. (Istimewa/Sularti)

Solopos.com, WONOGIRIDesa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri menjadikan kopi robusta sebagai komoditas unggulan. Komoditas ini digarap dengan serius dan mulai menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan ekonomi warga.

Kepala Desa (Kades) Semagar, Tiyo, mengatakan meski kopi sudah ditanam di Desa Semagar sejak 1980-an, komoditas ini baru mulai digarap serius sejak 2017. Keseriusan itu ditandai dengan cara budi daya dan perlakuan pasca panen kopi dengan baik.

Advertisement

Sebelum itu, mereka menanam kopi secara asal. Hal itu menyebabkan kualitas kopi mereka buruk. Petani kopi yang saat ini sudah berjumlah ratusan tidak dibiarkan mencari pasar sendiri.

Desa membentuk koperasi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Segar yang menampung hasil panen kopi dari petani. Koperasi membeli kopi dari petani dengan harga lebih tinggi dibandingkan mereka menjual langsung ke pasar.

Advertisement

Desa membentuk koperasi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Segar yang menampung hasil panen kopi dari petani. Koperasi membeli kopi dari petani dengan harga lebih tinggi dibandingkan mereka menjual langsung ke pasar.

“Sampai saat ini masih dikembangkan dan ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitas kopinya. Kami terus mendorong untuk itu. Pendampingan-pendampingan masih terus dilakukan,” kata Tiyo saat ditemui Solopos.com di Balai Desa Semagar, Jumat (13/1/2023).

Menurut dia warga mulai marak menanam kopi sebagai pengganti komoditas cengkeh. Pada 2015-2016 banyak tanaman cengkeh warga terserang virus hingga menyebabkan tanaman tersebut mati.

Advertisement

Luas lahan kopi yang ditanam di lahan masyarakat sekitar 35 hektare (ha). Sementara tanaman kopi yang ditanam di lahan Perum Perhutani mencapai belasan ha.

Sularti menjelaskan petani kopi di Semagar tidak khawatir hasil panen kopi mereka tidak bisa terjual. Mereka bisa langsung menjual produknya di koperasi Gapoktan Segar.

Koperasi biasanya menerima kopi dari petani dalam bentuk biji kopi hijau atau green been. Koperasi membeli kopi petani dengan harga bervariasi mulai Rp25.000/kg-Rp50.000/kg bergantung kualitas.

Advertisement

“Dulu kalau dijual langsung ke pasar, kopi mereka cuma dihargai tidak lebih dari Rp20.000/kg. Kan kasihan,” kata Sularti.

Dia melanjutkan, koperasi mengolah kopi dari petani menjadi kopi bubuk dan kemasan. Kopi Semagar mempunyai merek dagang Kopi Ndorog yang memiliki beberapa macam ukuran kemasan.

Kopi Ndorog ukuran 100 gram dijual senilai Rp20.000/kemasan dan ukuran 500 gram dihargai senilai Rp75.000/kemasan.

Advertisement

Kopi Ndorog banyak banyak dipasarkan di dalam dan luar Wonogiri. Di Wonogiri, Kopi Ndorog banyak dipasarkan di minimarket swalayan waralaba, toko-toko kelontong, dan kedai kopi.

Di luar kota, Kopi Ndorog banyak dipasarkan di Karanganyar, Yogyakarta,Semarang, dan Boyolali. Selain itu, tidak sedikit pula pemesan dari Bekasi, Serang, dan Batam.

Nilai komoditas kopi di Semagar saat ini lebih dari Rp200 juta. Omzet setiap bulan dari penjualan Kopi Ndorog mulai Rp10 juta-Rp24 juta.

Menurut Sularti, pengembangan kopi di Semagar terus dilakukan. Salah satu kendala pemasaran yaitu masih minimnya produktivitas kopi.

Koperasi beberapa kali masih menolak pemesanan kopi dalam jumlah besar. Sebab produktivitas kopi di sana belum bisa mencukupi untuk terus menyuplai kopi dalam jumlah besar secara rutin.

“Jujur saja, kalau pemasaran itu kami tidak kesulitan. Tetapi kami memang lebih mengutamakan memasarkan Kopi Ndorog sudah dalam siap seduh, dalam kemasan karena nilai jualnya lebih tinggi,” katanya.

Salah satu petani kopi di Semagar, Yanto, mengaku mau menjadi petani kopi lantaran harga jual stabil dan terjamin di koperasi. Dia menanam kopi di lahan seluas 3.000 meter persegi dengan jumlah 300 pohon. Harga jual kopi ke koperasi biasnya Rp28.000/kg-Rp30.000/kg.

“Kalau dilihat sudah bisa meningkatkan ekonomi warga sini meski belum terlalu signifikan. Apalagi perawatan tanaman kopi ini kan relatif mudah,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif