SOLOPOS.COM - Calon Presiden Anies Baswedan berpidato saat mengikuti kegiatan Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa di Edutorium Universitas Muhammadiyah Solo, Rabu (22/11/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO–Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Amin) mengatakan desentralisasi penting untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sebagai visi misi mereka.

Hal tersebut mereka sampaikan saat hadir dalam Dialog Terbuka Capres – Cawapres oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (22/11/2023).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Namun, salah satu panelis acara dari bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial, R. Siti Zuhro mengatakan desentralisasi yang baik harus menjangkau desa agar Indeks Kemandirian Desa bisa meningkat.

“Saat ini disampaikan oleh Kementerian Desa jika dari 75.000 desa yang sudah mandiri tidak sampai 5%, tentunya ini PR bagi pasangan Amin, kemudian juga desentralisasi akan berdampak pada pembangunan ibukota baru,” tutur Siti dalam kesempatannya bertanya kepada paslon Amin.

Menurut Anies, jika pembangunan ibu kota baru dilakukan atas justifikasi pemerataan maka hasilnya bukan pemerataan yang baik.

Anies melanjutkan pembangunan tersebut hanya akan menghasilkan sebuah kota baru yang lebih kaya dari daerah-daerah yang ada di sekitarnya, sehingga ketimpangan akan tetap ada.

“Kami tidak akan membangun ibu kota baru dengan alasan pemerataan, sementara keberadaan ibu kota baru tidak nyambung dengan masalah yang ada. Menurut kami langkah yang tepat adalah membesarkan semua kota yang ada di Indonesia, bukan membangun satu kota di tengah-tengah hutan,” jawab Anies.

Visi paslon Amin adalah Meluruskan Paradigma untuk Menghadirkan Satu Kemakmuran. Melalui paparannya, Anies Baswedan menjelaskan langkah yang disusun adalah mengubah beberapa aspek.

Perubahan pertama adalah cara pendekatan sektoral menuju pendekatan sektoral dan kawasan. Selanjutnya cara pandang pemerintah yang fokus pertumbuhan semata diganti dengan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan.

Kemudian perubahan juga dilakukan untuk mengganti pendekatan top down menjadi kolaborasi dan gotong royong. Terakhir, pola pikir kasih sayang untuk kelompok akan diganti menjadi kasih sayang untuk semua.

“Indeks Pembangunan Manusia antar kawasan tertinggal satu dekade, coba kita lihat IPM Sumatra dan Jawa yang meningkat dari 69,83 pada 2013 menjadi 74,19 tahun 2022 kemarin. Angka ini kita bandingkan dengan pulau lain, yaitu Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua itu masih jauh ketinggalan. Dari 2013 hingga 2022 IPM mereka hanya bergerak dari 64,81 hingga 69,47. Mereka tertinggal satu dekade, dan terdapat kesenjangan sangat besar yang menunjukkan tidak ada pemerataan di sini,” tutur Anies saat berpidato di podium dalam acara tersebut.

Anies menambahkan jika ketimpangan terus-menerus terjadi maka risiko terbesar adalah menjaga persatuan Indonesia. Dia mencontohkan peristiwa Balkanisasi tahun 1990-an yang menyebabkan Yugoslavia tercerai berai sebenarnya terjadi akibat disparitas ekonomi yang terus-terusan dibiarkan.

Menurut dia, PR terbesar Indonesia agar tetap utuh adalah menghadirkan rasa keadilan dalam pembangunan agar masyarakat dapat bersatu. Dia mengaku hal tersebut tengah diupayakannya bersama Gus Imin dalam semua aspek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya