SOLOPOS.COM - Sopir becak ngetem di depan Pemkab Klaten pekan lalu. Sejumlah sopir becak saat ini masih setia menjalani pekerjaan mereka seiring bermunculannya jasa ojek online. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Para sopir becak di Klaten hingga kini masih setia melakoni pekerjaan mereka. Mereka tetap ngetem meski kerap tak dapat penumpang dalam rentang sepekan.

Salah satunya Legimin, 71, sopir becak asal Dukuh Metuk Lor, Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan. Sejak 1969, Legimin menjalani pekerjaan sebagai sopir becak. Sejak awal hingga kini, Legimin setia ngetem di depan Pemkab Klaten. Dia mulai bekerja sekitar pukul 07.00 WIB dan pulang sekitar pukul 11.30 WIB.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Legimin mengatakan penumpang becak saat ini semakin sepi. Dalam sepekan, dia kerap tak mendapatkan penumpang. Selain semakin banyak warga yang memilih menaiki kendaraan pribadi, becak kian tak dilirik seiring bermunculannya ojek online.

Dia masih mengingat ketika becak menjadi transportasi idola terutama era 1980-an hingga 1990-an. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan order tujuh penumpang terutama dari para pegawai Pemkab Klaten. Tak hanya itu, dia dipercaya sejumlah orang tua siswa di Klaten untuk antar-jemput sekolah. “Saya masih ingat yang pernah saya antar saat masih SD itu kemudian besarnya menjadi pegawai dan saaat ini sudah pensiun,” kata Legimin saat berbincang dengan Solopos.com pekan lalu.

Seiring perkembangan alat transportasi bermesin dan semakin mudahnya warga memiliki kendaraan, penumpang langganan Legimin semakin berkurang. Namun, dia tetap dipercaya sejumlah orang tua untuk antar-jemput sekolah. “Sebelum ada Covid-19, masih ada dua anak yang saya antar-jemput sekolah. Sejak ada Covid-19 itu sudah tidak ada permintaan lagi untuk mengantar sekolah,” kata Legimin yang memiliki empat anak, tujuh cucu, dan satu cicit itu.

Seiring semakin sepinya minat warga menumpang becak, jumlah pengayuh becak kian berkurang. Apalagi, para sopir becak mulai pensiun seiring bertambahnya usia mereka yang semakin menua. Legimin menjelaskan awalnya ada sekitar 15 sopir becak yang ngetem di depan Pemkab. Saat ini, hanya sekitar lima sopir becak yang masih setia ngetem.

Meski sudah banyak rekannya yang pensiun, Legimin tetap mengayuh. Dia hanya berharap masih ada yang berminat menggunakan jasanya. Becak tua miliknya yang merupakan bantuan pemerintah pada 1996 ketika era Presiden Soeharto hingga kini masih terus dia rawat.

Sopir becak lainnya, Sumardi, 50, juga memilih tetap melakoni profesinya sebagai sopir becak. Dia hanya geleng kepala menandakan tak berminat ketika ditanya tak memilih berpindah ke jasa transportasi lainnya seperti ojek maupun ojek online. Soal penumpang, Sumardi pun mengeluhkan saat ini kondisinya semakin sepi. “Penumpangnya tidak pasti. Sekarang itu sulit. Kalah sama ojek online,” kata warga Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk tersebut.

Sumardi tetap bersyukur hingga kini masih ada warga yang memanfaatkan jasanya. Mereka yakni para pedagang yang meminta jasa Sumardi mengantarkan barang dagangan menggunakan becak tuanya. “Alhamdulillah, disyukuri saja. Sekalian bekerja, sekalian olahraga,” kata bapak dua anak itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya