Soloraya
Sabtu, 20 Maret 2021 - 02:30 WIB

Di Klaten, Sukarelawan Hingga Perangkat Desa Dampingi Belajar Daring

Taufiq Sidik Prakoso  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak-anak usia SD di Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring mengikuti kegiatan belajar bersama di Joglo Sindon, Rabu (10/3/2021). (Solopos.com- Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tak membiarkan siswa sekolah dasar setempat belajar online alias dalam jaringan atau daring. Daru sukarelawan hingga perangkat desa turun tangan mendampingi pelajar SD belajar daring.

Desa di Klaten itu memang menggulirkan gerakan Pundungan Mengajar dan Sedekah Ilmu. Gerakan itu digulirkan dengan mengumpulkan anak-anak pada satu tempat untuk mendampatkan pendampingan belajar online dari sukarelawan hingga perangkat desa di Klaten itu.

Advertisement

Kepala Desa Pundungan, Danang Setiawan, menjelaskan gerakan itu muncul atas keprihatinan kondisi anak-anak lantaran mengikuti pembelajaran daring selama setahun terakhir gegara pandemi Covid-19.

Baca Juga: Cek Fakta! Benarkah Karantina Bukan Bisnis?

Advertisement

Baca Juga: Cek Fakta! Benarkah Karantina Bukan Bisnis?

“Tak semua orang tua bisa membelikan ponsel dan kuota internet untuk anak mereka. makanya dengan komunitas belajar bersama Desa Pundungan, kami berinisiatif bersama-sama untuk gerakan belajar bersama serta sedekah ilmu buat adik-adik agar bisa belajar di mana saja serta belajar yang membahagiakan,” kata Danang saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (10/3/2021).

Sekretaris Desa Pundungan, Novita Kesiyarinni, menambahkan selama pembelajaran daring bergulir setahun terakhir, anak-anak cenderung bermain. “Anak-anak itu cenderung hanya bermain saja dan tanpa mendapatkan ilmu. Selain itu, banyak orang tua yang tidak bisa mendampingi anak mereka secara maksimal karena tidak memiliki ponsel,” urai dia.

Advertisement

Baca Juga: Terampil Bungkus Kado Bisa Jadi Peluang Bisnis

Guna mendukung kegiatan belajar mengajar, joglo itu dilengkapi fasilitas Wifi gratis. Awalnya, sejatinya hanya segelintir anak yang memanfaatkan tempat tersebut untuk belajar. Namun, dua pekan terakhir atau sejak pemerintah desa menggencarkan gerakan Pundungan mengajar, ada puluhan anak yang berdatangan.

Protokol Kesehatan Ketat

Novita mengatakan kegiatan tetap dijalankan sesuai protokol kesehatan. Anak-anak diwajibkan mencuci tangan mereka sebelum dan sesudah belajar serta mengenakan masker selama kegiatan bergulir. “Kegiatan biasanya berjalan mulai pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB,” kata Novita.

Advertisement

Anak-anak itu dipandu para sukarelawan yang merupakan kelompok pemuda setempat usia SMA, mahasiswa, serta warga lainnya. Selain itu, para perangkat Desa Pundungan pun ikut mendampingi anak-anak tersebut mengerjakan tugas atau memandu mereka ketika kesulitan memahami materi pelajaran.

Baca Juga: Kok Tesla Lebih Pilih India Ketimbang Indonesia?

Seperti Novita yang ikut mendampingi anak-anak tersebut. “Kalau saya pribadi karena dulu pernah menjadi editor buku, jadi tidak begitu kaget ketika mendampingi anak-anak. Begitu pula kemarin Pak Kasi Kesejahteraan karena biasa mengajar mengaji, jadi terbiasa. Kalau pendampingan sementara ini diseuaikan dengan tugas sekolah mereka yang diberikan guru di sekolah secara daring,” kata dia.

Advertisement

Novita mengatakan gerakan itu mendapatkan tanggapan positif dari orang tua anak. Selain itu, gerakan itu memantik warga lainnya untuk ikut bersedekah ilmu. “Ada salah satu guru yang juga warga Pundungan rencananya bergabung mendampingi anak-anak,” kata dia.

Sukarelawan pengajar anak-anak, Berliana, 18, dan Nanda, 16, mengatakan awalnya hanya 20-30 anak yang belajar di tempat tersebut. Lambat laun, jumlah anak yang ikut belajar di Joglo Sindon bertambah mencapai 80 orang. Bukan hanya fasilitas berupa Wifi dan pendampingan, di Joglo tersebut anak-anak juga mendapatkan fasilitas makan gratis. Saban selesai kegiatan pembelajaran, mereka menikmati aneka hidangan yang disajikan di tempat tersebut. “Hidangannya juga berasal dari sedekah,” kata salah satu pendamping, Amin Asy’ari.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif