Solopos.com, SOLO -- Di lokasi Pasar Cokro di Dukuh Cokro Kembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, dulunya berdiri pabrik gula di zaman penjajahan Belanda.
Waktu itu pabriknya bernama De Suiker Fabriek Tjokro Toeloeng alias Pabrik Gula (PG) Cokro Tulung. Pabrik Gula Cokro dibangun sekitar tahun 1840.
Selain membangun pabrik gula, pemerintahan Belanda waktu itu juga membangun berbagai fasilitas pendukung. Hal itu seperti rumah dinas untuk administratur alias pengelola Pabrik Gula Cokro.
Hajatan New Normal di Karanganyar Bakal Didampingi Satpol PP
Rumah dinas itu berada di sebelah barat Pasar Cokro Tulung. Saat ini digunakan warga setempat sebagai gedung serbaguna, yakni Gedung Ngestidarmo.
Di samping itu, Belanda juga membangun gudang tebu di bagian timur pasar. Saat ini, gudang tersebut berada di lahan SD negeri di pinggir Jalan Cokro-Wangen.
Pemerintah Belanda juga membangun rel menuju ke kawasan Delanggu yang waktu itu terdapat PG Delanggu. Di Cokro bagian utara, terdapat loji yang juga diperuntukkan bagi orang-orang Belanda.
Bupati Sragen Waspadai Penularan Covid-19 Lewat Transmisi Lokal
Pabrik Gula Cokro mengalami kehancuran saat berlangsung penjajahan Jepang. Waktu itu, Jepang menghancurkan PG Cokro dengan cara dibom dari Delanggu. Setelah hancur, tentara Jepang baru masuk ke kawasan Cokro guna menguasai aset yang ditinggalkan Belanda.
“Cerita dari orang tua di sini seperti itu. Sempat juga, warga ngrayah gula yang ditinggalkan orang Belanda itu [sebelum tentara Jepang datang ke Cokro],” kata salah satu tokoh masyarakat masyarakat di Cokro Kembang, Danang Heri Subiantoro, saat ditemui