Soloraya
Selasa, 19 Mei 2020 - 10:00 WIB

Di-PHK, Uang Habis, Warga Solo Ini Nekat Pulang Kampung Jalan Kaki Dari Jakarta

Mariyana Ricky P.d  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Maulana Arif Budi Satrio di Grha Wisata Niaga Solo, Senin (18/5/2020). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Perjuangan Maulana Arif Budi Satrio, warga Sudiroprajan, Jebres, Solo, untuk bisa pulang kampung dari Jakarta sungguh berat. Dia nekat jalan kaki setelah beberapa usahanya untuk pulang naik kendaraan gagal.

Pria 38 tahun itu pun tidak langsung pulang ke rumahnya sesampainya di Solo, Jumat (15/5/2020). Dia tinggal sementara di Grha Wisata Niaga Solo untuk menjalani karantina selama 14 hari sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Advertisement

Rio, panggilan akrabnya, pulang kampung dari Jakarta, tepatnya dari Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Ia jalan kaki lantaran tak menemukan akses lain untuk pulang.

Warga Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo, itu sebelumnya sempat menjajal pulang kampung mengendarai kendaraan pribadi, maupun menumpang bus, dan travel. Namun semua upayanya gagal.

Advertisement

Warga Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo, itu sebelumnya sempat menjajal pulang kampung mengendarai kendaraan pribadi, maupun menumpang bus, dan travel. Namun semua upayanya gagal.

Tak Hanya Salat Id di Rumah, Warga Klaten Juga Diimbau Tak Saling Berkunjung Saat Lebaran

“Saya memesan bus, sudah bayar Rp500.000 tapi yang datang malah mobil minibus. Saya enggak mau, akhirnya tidak jadi berangkat. Kemudian meminjam mobil teman, nah pas sampai di Cikarang, saya diminta balik ke kota asal,” kisahnya kepada wartawan, Senin (18/5/2020).

Advertisement

Berjalan 100 Km Per Hari

Warga Solo itu juga hanya mengenakan celana pendek, kaus, dan penutup wajah saat perjalanan pulang kampung itu. Dalam sehari, Rio berjalan kaki selama 12-14 jam atau sekitar 100 kilometer.

Siap-Siap! Pasar dan Pusat Perbelanjaan Solo Bakal Disasar Rapid Test Covid-19

Langkahnya dimulai selepas Subuh hingga menjelang dini hari. “Saking lamanya berjalan di bawah terik matahari, kulit saya sampai terbakar. Selama perjalanan, saya istirahat di SPBU dan warung-warung tempat pemberhentian truk,” kata dia.

Advertisement

Setelah empat hari berjalan, tepatnya pada Kamis (14/5/2020), Rio tiba di Kecamatan Gringsing, Batang. Di sana dia dicegat rekannya sesama sopir yang tergabung dalam wadah Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo).

Komunitas tersebut akhirnya menjemput dan mengantarkan Rio ke Semarang. Di sana, Rio diantar ke Sekretariat Peparindo Jawa Tengah. Sejak saat itu, warga Solo itu tak dibolehkan lagi oleh temannya untuk melanjutkan perjalanan pulang kampung dengan jalan kaki.

Batal Libur, Laboratorium BBTKLPP Kemenkes Jakarta Bantah Mau Istirahat

Advertisement

Rio diantarkan sampai ke tujuan akhir, yakni Solo. Sesampainya di Kota Bengawan, pada Jumat (15/5/2020), Rio tidak langsung pulang ke rumah, namun menjalani karantina di Grha Wisata Niaga.

Sempat Takut Karantina

“Awalnya sempat takut juga karena embel-embel karantina. Tapi ternyata malah di sini nyaman dan penuh kekeluargaan. Kami di sini benar-benar dihargai, makan enak, dan ada hiburan,” ungkap Rio.

Warga Solo itu kemudian mengisahkan alasannya pulang kampung. Dia kehilangan mata pencaharian. Perusahaan travel tempatnya bekerja melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang membuatnya tak punya pendapatan.

Pemerintah Tak Akan Umumkan Jumlah Akumulasi ODP dan PDP Covid-19 Tiap Hari

Pandemi Covid-19 menghantam sektor tersebut sejak Maret. Pegawai dan kru bisnis persewaan bus pariwisata itu dirumahkan. Saat di-PHK, ia belum mendapatkan gaji, apalagi tunjangan hari raya (THR).

“Saya pulang karena uang di genggaman tinggal Rp300.000an. Kontrakan sudah saya serahkan kepada teman saya yang diusir. Dia lebih kasihan karena punya anak kecil. Saya minta dia tinggal di sana sampai kontrakan saya selesai akhir Juni,” ucapnya.

Rio mengaku saat di Semarang, ia sempat ingin berjumpa Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ia ingin menyampaikan kesulitan yang dihadapi pekerja di bidang travel. Sayangnya, ia gagal bertemu sebelum pulang ke Solo.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif