SOLOPOS.COM - Para pejabat lintas sektoral mengikuti lokakarya pencegahan dan penanganan zoonosis yang difasilitasi AIHSP di Aula Sukowati Setda Sragen, Rabu (9/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen melakukan penguatan pencegahan dan penanganan zoonosis. Penguatan dilakukan dengan menggelar lokakarya dan pembentukan tim khusus pencegahan dan penanganan zoonosis yang  melibatkan instansi lintas sektoral di Kabupaten Sragen.

Lokakarya digelar selama dua hari, Rabu-Kamis (9-10/8/2023) di Aula Sukowati Sekretariat Daerah (Setda) Sragen. Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Hargiyanto, dalam sambutan di lokakarya itu menjelaskan zoonosis atau penyakit zoonotik merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Zoonosis, kata dia, disebabkan oleh mikroorganisme parasit berupa baketri, virus, jamur, serta parasit lainnya seperti protozoa dan cacing. Dia melanjutkan penularannya terjadi secara kontak langsung pada hewan yang terinfeksi, penularan tidak langsung lewat perantara, dan konsumsi daging hewan.

“WHO memperkirakan ada lebih dari 200 jenis penyakit zoonosis di dunia. Penyakit yang sudah dikenal di antaranya rabies, malaria, leptospirosis, cacar monyet, avian influenza, anthrax, dan Covid-19. Di Sragen, selain Covid, penyakit zoonosis pernah ada seperti antraks pada 2011 dan avian influenza (AI) pada 2013,” jelasnya.

Dia menerangkan penyakit kulit dan kuku (PMK) dan penyakit lumpy skin disease (LSD) yang pernah muncul beberapa waktu lalu menimbulkan dampak cukup besar pada hewan, yakni nafsu makan berkurang, kehilangan produktivitas. Dia menyebut kasus PMK di Sragen sepanjang 2022-2023 mencapai 2.069 kasus dan kasus LSD dari Januari-Maret 2023 ada 968 kasus.

Dia menjelaskan potensi penyakit zoonosis ini bisa berdampak buruk pada kesehatan manusia, ekonomi nasional, dan ekonomi dunia. Atas dasar itulah, Sekda menekankan perlu ada penanganan zoonosis secara bersama-sama, berkolaborasi, dan berkoordinasi lintas sektor untuk pencegahan wabah zoonosis.

Pengendalian zoonosis ke depan, kata Sekda, mengarah pada one world, one health dengan mengedepankan kerja sama terintegrasi dan sinergi dengan tujuan utama perlindungan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Kemenko PMK No. 7/2022 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis serta Penyakit Infeksius Baru. Peraturan tersebut ditindaklanjuti dengan munculnya Surat Mendagri yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati untuk upaya pencegahan melalui tim yang terkolaborasi dan lintas sektor.

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, Toto Sukarno, menyampaikan lokakarya dalam pencegahan dan penanganan zoonosis ini merupakan hasil kerja sama Indonesia-Australia.

Dia mengatakan di Sragen pernah ada kasus zoonosis seperti flu burung dan antraks yang memang perlu ada perhatian. Dia mengatakan dengan adanya tim khusus ini diharapkan masyarakat Sragen memahami penyakit zoonosis yang membahayakan manusia.

“Penyakit zoonosis ini bisa menyebabkan kematian pada manusia. Tugas tim nanti untuk menyebarkan pengetahuan tentang pencegahan zoonosis ke masyarakat dan mengedukasi masyarakat terhadap penanganan hewan ternak yang mati dan terindikasi zoonosis,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya