SOLOPOS.COM - Seorang warga, Tatik, 47, menunjukkan lokasi lahan yang sebenarnya makam tetapi sudah rata tanah di belakang rumahnya di Kampung Krapyak RT 029/RW 009, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, Selasa (15/3/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Satu wilayah rukun tetangga (RT) di Kampung Krapyak, Kelurahan Sragen Wetan, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen menjadi permukiman yang padat. Kepadatan rumah cukup terlihat saat memasuki gang yang berdekatan dengan perairan Sungai Garuda.

Wilayah itu secara administrasi masuk lingkungan RT 029/RW 009, Krapyak. Jumlah penduduknya ada 110 keluarga. Di lingkungan RT tersebut terdapat sekelompok rumah warga yang sebelumnya merupakan kompleks permakaman umum.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kompleks permakaman yang jadi hunian itu bermula pada tahun 1970-an. Saat itu ada satu warga yang menghuni wilayah itu yang dikenal dengan nama Harjo Rusman atau Harjo Pawira. Mbah Harjo meninggal pada 2014 lalu dalam usia 86 tahun.

Baca Juga: Terkenal Angker, Taman Wonderia Semarang Dibangun di Area Makam Keramat

“Saya masih ingat saat membangun rumah pertama di lokasi ini. Di sekeliling rumah itu masih berupa makam-makam. Bahkan saya dan bapak [Mbah Harjo] tidur malam hari di nisan itu digeruduk orang karena dikira pocong,” ujar Yatno, 57, salah satu putra almarhum Mbah Harjo saat berbincang dengan wartawan, Selasa (15/3/2022).

“Dulu di sebelah selatan wilayah ini ada peternakan babi dan di sekelilingnya masih banyak rumpun bambu. Makam ini dulu dikenal dengan sebutan makam Baben dan terkenal angker,” imbuhnya.

Rumah yang dihuni Yatno saat ini merupakan lahan peninggalan Mbah Harjo. Beberapa waktu lalu masih ada nisan-nisan di teras rumah, tetapi sekarang sudah diratakan dan dibangun teras. Di samping rumah Yatno masih ada lahan kosong yang diyakini warga setempat merupakan makam tetapi sekarang sudah rata dengan tanah.

Baca Juga: Misteri Makam Keramat di Pulau Panjang Jepara

“Kebun samping rumah Mas Yatno itu masih angker. Dulu saat menggali tanah untuk membuat kolam ternyata masih menemukan tulang-tulang jenazah yang dimakamkan. Akhirnya ditimbun lagi. Lalu malamnya didatangi arwah yang meninggal itu,” jelas adiknya Yatno, Tatik, 47.

Tatik merupakan anak keenam dari 10 bersaudara. Dia mengungkapkan anak kelima hingga kesepuluh lahir di lingkungan makam tersebut. Rumah yang ditinggali Tatik itulah rumah pertama yang dihuni Mbah Harjo Rusman.

Sementara warga Krapyak lainnya, Kusno, mengungkapkan ada salah satu makam di kompleks itu yang bernama Wongso Bongso. Menurut informasi yang diterima Kusno, sosok Wongso Bongso ini merupakan pengikut Pangeran Mangkubumi saat Perang Mangkubumen dan meninggal di tempat itu.

Baca Juga: Misteri Makam Kuno di Wonogiri, Antara Belanda dan China Peranakan

“Karena perubahan zaman kemudian kompleks makam itu berubah menjadi perumahan, kecuali makam Wongso Bongso. Saat ini makamnya masih di situ karena tidak boleh dipindahkan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya