SOLOPOS.COM - Anak-anak Mbah Tarti; Parman (kiri), Partin (tengah) dan Parni (kanan) duduk bersama di dalam rumah, Rabu (13/12/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Jumlah penderita gangguan jiwa di Wonogiri mencapai 712 orang.

Solopos.com, WONOGIRI — Jumlah keluarga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Wonogiri cukup tinggi mencapai ratusan orang. Bahkan tak jarang dalam satu keluarga terdapat dua hingga lima anggota keluarga mengalami gangguan jiwa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinsos Wonogiri, Noer Noegrohowati, mengungkapkan jumlah ODGJ di Wonogiri mencapai 712 orang hingga Oktober 2017 lalu. Menurutnya, kebanyakan ODGJ tersebar di daerah pinggiran dan berasal dari keluarga tidak mampu.

Dia mencontohkan, di Kecamatan Kismantoro terdapat satu keluarga yang semua anggota keluarganya ODGJ. “Di Kismantoro ada banyak keluarga yang anggotanya mengalami gangguan jiwa. Mereka rata-rata berasal dari keluarga miskin,” ujarnya ketika dihubungi, Rabu (13/12/2017).

Sementara Kepala Dusun Kepuh, Plosorejo, Kismantoro, Suyarto, mengungkapkan di Kepuh ada satu keluarga ODGJ yang terdiri atas seorang ibu, Tarti, 80, dan empat anak. Keempat anak Tarti yang mengalami gangguan jiwa yakni Parni, 60; Parman, 51; Partin, 43; dan Lami, 32. Selain itu, keempat bersaudara itu tidak bisa berbicara.

“Mereka seperti ini sejak kecil. Masyarakat di sini [Kepuh] memahami dan sering membantu mereka,” ujarnya. (baca: Kisah Ibu Tua Wonogiri Berpenyakit Gondok Urus 4 Anak dengan Gangguan Jiwa)

Suyarto menambahkan, kondisi perekonomian keluarga tersebut sangat memprihatinkan. Penghasilan keluargahanya bergantung dari hasil kerja satu-satu anak laki-laki, Parman. Apalagi saat ini, Tarti, sakit gondok. Sementara ketiga anak perempuan itu hanya bisa memasak.

“Terkadang dia [Parman] membantu mencangkul di sawah orang. Namun hasilnya tak seberapa,” terang Suyarto.

Menurut Suyarto, masyarakat sekitar sering membantu perekonomian keluarga Tarti, salah satunya saat penebusan beras miskin (raskin). Tarti dan anak-anaknya tidak perlu mengeluarkan uang karena yang ditebus oleh para tetangganya.

Selain itu, ketika Parman tidak ikut kerja bakti pengerjaan jalan atau lainnya, Parman tetap mendapat honor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya