Soloraya
Jumat, 22 April 2022 - 15:06 WIB

Diapit Resto, Rumah di Ngargoyoso Ditawar Rp5 Juta/Meter Emoh Dilepas

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah warga Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, yang tanahnya ditawar Rp5 juta/meter tapi tak dilepas. (google maps)

Solopos.com, KARANGANYAR – Pesatnya pertumbuhan kawasan Ngargoyoso menjadi pusat industri pariwisata di Kabupaten Karanganyar berdampak meroketnya harga jual tanah di sana.

Tak tanggung-tanggung kenaikan harga tanah di jalur utama Karangpandan-Ngargoyoso ini mencapai lima kali lipat dibanding tiga tahun lalu. Warga Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Rahmat Aji Susilo, 30, menyebut harga tanah mengalami kenaikan sejak berkembangnya bisnis resto.

Advertisement

“Tiga tahun lalu paling harga tanah Rp1 juta per meter. Tapi sekarang sudah Rp5 juta per meter,” kata dia ketika dijumpai Solopos.com, di rumahnya pada akhir pekan lalu.

Baca Juga: Melihat Lebih Dekat Ngargoyoso, Kawasan Wisata Idola Baru Karanganyar

Dia mengaku harga tanah mencapai Rp5 juta per meter diketahui saat tanah dan bangunan rumahnya ditawar seseorang yang hendak membangun resto di tanah tersebut. Dia sudah berulang kali menerima tawaran tanah dan bangunan rumahnya dibeli untuk dibangun resto.

Advertisement

Mereka mengincar tanah dan bangunan rumahnya karena berada di posisi strategis di pinggir jalan raya Karangpandan-Ngargoyoso. Tanah dan bangunan rumah miliknya seluas 1.000 meter ini diapit resto-resto mewah. Belum lagi di depan atau seberang jalan juga berderet resto mewah, tak ayal tanahnya sangat menggiurkan untuk dibangun tempat usaha.

“Tanah saya ini diapit resto mewah ada Bali Deso, Mbak Ning, D’Rojo Valley, Omah Simbok dan lainnya. Sudah sampai ditawar Rp5 juta per meter (tanah dan bangunan), tidak saya lepas,” tuturnya.

Baca Juga: Ngargoyoso, Kawasan Wisata dengan Banyak Pilihan Resto

Advertisement

Rahmat bersama istri Aisyah Puspa Dewi belum berniat menjual tanah dan bangunan meski dengan iming-iming harta tinggi. Pasangan suami istri lebih memilih menfaatkan tanah warisan tersebut untuk membuka usaha kecil-kecilan dan perkebunan. “Saya buka wedangan dan warung soto emplek-emplekan. Warungnya jelek sendiri yang lain bangunan mewah semua,” katanya.

Sejak pertumbuhan usaha resto berkembang pesat tiga tahun terakhir, selain harga tanah melejit juga berdampak positif terhadap warga sekitar. Warga sekitar diuntungkan dengan menjadi tenaga kerja di resto-resto mewah. Resto mewah juga memberi konstribusi terhadap peningkatan pendapatan asli desa.

“Rata-rata resto dibangun di atas tanah kas desa. Yang tanah hak milik di sini hanya punya saya dan Mbak Ning. Kalau tanah desa, pemilik membayar sewa ke desa. Termasuk parkir juga dikelola desa,” tukasnya.

Baca Juga: Di Kemuning Ngargoyoso Tak ada Warga Menganggur

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif