SOLOPOS.COM - Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. (Dok)

Solopos.com, WONOGIRI — Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS berkapasitas 100 Megawatt di Waduk Gajah Mungkur atau WGM Wonogiri dibangun seluas 130 hektare (ha) atau 2% dari total luas genangan WGM yang mencapai 5.800 ha.

Sedangkan luas area switchyard atau pelataran langsir yang berada di darat tepi waduk sekitar 7,89 ha. Hal itu diungkapkan Manager Generation Business Development PT Indonesia Power, Puguh Anantawidya, saat diwawancarai Solopos.com sesuai konsultasi publik rencana pembangunan PLTS di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (25/5/2023).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Puguh mengatakan baik area PLTS apung maupun area langsir itu berada di wilayah Desa Boto, Kecamatan Baturetno. Desa Boto dipilih sebagai lokasi PLTS terapung karena dinilai paling aman. Ketika musim kemarau, lokasi tersebut masih ada cukup genangan air untuk ditempati panel-panel surya.

Selain itu, PLTS di lokasi itu tidak akan mengganggu pergerakan air waduk. Lokasinya cukup jauh dari pintu spillway yang berada di wilayah Kecamatan Wonogiri.

Dia melanjutkan WGM Wonogiri sudah pasti menjadi lokasi pembangunan PLTS apung dan lokasi penempatan panel PLTS sudah ditentukan. “Kalau titiknya sudah pasti di sana, soalnya itu daerah yang masih tergenang air ketika kondisi pasang dan surut,” ucapnya.

Kendati demikian, desain susunan panel nanti masih bisa berubah, bisa saja nanti memanjang atau melebar. Seperti diberitakan sebelumnya, PLTS apung di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri akan dibangun dan ditargetkan beroperasi pada Maret 2024.

Pekerjaan konstruksi PLTS tersebut akan dipercepat dari normalnya butuh sekitar satu tahun. Hal itu karena PLTS di WGM merupakan pembangunan akselerasi untuk upaya percepatan mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 di Indonesia.

“Pertimbangan pembangunan PTLS ini karena ada target bauran EBT. Kemudian, energi fosil [yang digunakan sebagai pembangkit listrik] ini kan sudah mau habis ya. Kalau kami tidak membangun PLTS dari sekarang, dikhawatirkan nanti tidak bisa menggunakan energi untuk listrik. Apalagi kita kan terikat Paris Agreement,” kata Puguh.

Penyusunan Amdal

PLTS WGM Wonogiri diproyeksikan memiliki masa pakai 20 tahun. Puguh menjamin PLTS tidak akan menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun. Sebab PLTS ini memanfaatkan sinar matahari untuk menghasilkan tenaga listrik. 

“Dalam proses konstruksi, PLTS akan menyerap tenaga kerja 100 orang untuk tenaga ahli dan 400-500 orang untuk tenaga kerja pendukung,” ujar dia. 

Konsultan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) Pembangunan PLTS WGM dari PT Sucofindo, Budi Utomo, menyampaikan saat ini pembangunan PLTS WGM dalam proses kajian amdal.

“Ini proyek nasional strategis, sehingga ada upaya-upaya dari kami agar proses amdal ini bisa selesai dalam tiga-enam bulan. Secara teknis, kami sudah membuat kerangka acuan,” kata Budi.

Menjawab kekhawatiran nelayan dan petani sekitar WGM Wonogiri bahwa pembangunan PLTS itu akan membuat mereka kehilangan mata pencaharian, Budi menyampaikan hal itu bisa diantisipasi. Di bawah PLTS kelak akan dibangun water way atau jalan air agar ikan tidak berkumpul di bawah panel PLTS.

Jalan air itu didesain agar bisa mengarahkan ikan ke tempat lain selain di bawah PLTS. Selain menyulitkan penangkapan ikan, keberadaan ikan di bawah PLTS juga berpotensi merusak peranti PLTS.

“Itu area [bawah PLTS] memang betul-betul harus bersih. Nanti ada sedikit modifikasi, ada water way di situ yang bisa mengarahkan ikan ke tempat lain, sehingga nelayan tetap bisa menangkap ikan di WGM. Tangkapan ikan nelayan nanti relatif sama dengan kondisi sebelum ada PLTS,” kata Budi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya