Soloraya
Jumat, 11 Februari 2022 - 05:35 WIB

Dibikin Difabel, Batik Ciprat Jadi Kebanggaan Desa Pucung Wonogiri

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Stan Batik Ciprat Karya Barokah dalam Gelar Potensi dan Pentas Budaya dalam rangka Pencanangan Desa Wisata Pucung, Minggu (6/2/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRIBatik ciprat dari Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, semakin dikenal. Batik yang diciptakan sejak 2018 itu memiliki kekhasan utama yaitu dibuat oleh para penyandang disabilitas.

Selama 2021, tercatat 1.000 lembar kain batik ciprat terjual. Kenyataan itu membuat warga Desa Pucung bangga. Para warga memakai baju batik ciprat di berbagai acara, termasuk saat pencanangan Desa Wisata Pucung, Minggu (6/2/2022).

Advertisement

Batik ciprat ini diawali dari keprihatinan Kepala Desa Pucung, Kateno, kepada para penyandang disabilitas pada 2017. Dia menginginkan agar kaum difabel produktif.

Baca Juga: Melalui BUMDes, UMKM Desa Pucung Wonogiri Ingin Makin Dikenal

Advertisement

Baca Juga: Melalui BUMDes, UMKM Desa Pucung Wonogiri Ingin Makin Dikenal

“Ada sekitar 60 warga difabel di sini [Desa Pucung]. Jumlah yang lumayan banyak itu mulanya mendapat santunan dari Pemdes melalui dana desa, pada 2017,” kata Kateno saat dihubungi Solopos.com, Kamis (10/2/2022).

Ia melanjutkan banyak warga difabel di Desa Pucung yang hanya diberi bantuan rutin lalu habis. Pada 2018, Kateno ingin memberdayakan warga difabel supaya tak hanya bergantung pada santunan pemerintah.

Advertisement

Baca Juga: Canangkan Desa Wisata di Wonogiri, Pucung Tawarkan 3 Paket Wisata

Guna meyakinkan keinginannya memperdayakan warga difabel, Kateno menunjuk Yoyok Ernowo, warga Desa Pucung yang aktif di bidang sosial. “Saya menunjuk Pak Yoyok karena percaya, terlebih keterlibatannya selama ini di bidang sosial lebih intens,” lanjut Kateno.

Ketua Sheltered Workshop Peduli (SWP) Karya Barokah, wadah pengelola Batik Ciprat Pucung, Yoyok Ernowo, menerangkan pada 2018 enam orang diberdayakan untuk membuat batik ciprat. “Dana yang digelontorkan waktu itu hanya Rp10 juta,” ucap Yoyok di Balai Desa Pucung, Kismantoro, Minggu (6/2/2022).

Advertisement

Dalam perjalanannya, jumlah orang yang berusaha dibina dan dikembangkan dalam usaha batik ciprat naik-turun. “Kadang yang bertahan cuma dua orang,” kata Yoyok.

Baca Juga: Cokek Puri Laras Pucung Wonogiri, Gabungkan Campursari dan Seni Tretek

Pada 2019, SWP Karya Barokah mendapat pelatihan dari Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini, Kabupaten Temanggung. Sejumlah 23 warga Desa Pucung dilatih membatik.

Advertisement

Semenjak kegiatan itu, bisnis Batik Ciprat Pucung berjalan. Diakui Yoyok, dari jumlah 23 orang pada 2019, kini yang bertahan hanya 10 orang, terdiri atas disabilitas intelektual, bisu, dan tuli.

10 penyandang disabilitas itu membuat batik ciprat. Batik Ciprat bisa menyebar dan populer setelah SWP Karya Barokah berkeliling ke daerah-daerah mengikuti gelar potensi mulai dari tingkat Kecamatan hingga kabupaten/kota. Batik khas Desa Pucung kini termasuk dalam salah satu paket wisata Desa Pucung.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif