SOLOPOS.COM - Bus Rosalia Indah mengalami kecelakaan di ruas Tol Semarang-Batang, Kamis (11/4/4024). (ANTARA/HO-Humas Polda Jateng)

Solopos.com, WONOGIRI–Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap microsleep yang dialami pengemudi merupakan salah satu pemicu terjadinya kecelakaan bus PO Rosalia Indah (Rosin) di KM 370 ruas Tol Semarang-Batang yang menewaskan 7 orang, salah satu di antaranya ialah warga Wonogiri. Apa sebenarnya microsleep itu?

Diberitakan Solopos.com, Jumat (12/4/2024), Investigator Senior KNKT, Ahmad Wildan, mengatakan PO Rosalia Indah  sempat mengganti bus sebelum terjadi kecelakan tunggal di Tol Semarang-Batang. Kendati demikian, sopir bus AD 7019 OA, Jalur Widodo, tak diganti karena penggantinya diminta menunggu bus yang rusak.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Benar, karena bus lama rusak jadi ganti baru, tapi sopir satunya yang juga cadangan lagi nungguin bus rusaknya. Makanya dia [Jalur Widodo] bawa [mengemudi] lagi. Akhirnya kecapekan dan kurang istirahat,” ungkap Wildan saat dihubungi Solopos.com, Jumat.

Atas temuan tersebut, Wildan memastikan kondisi bus AD 7019 OA yang mengalami kecelakaan sangat laik jalan atau tanpa masalah apa pun. Namun, pengemudi yang dipaksa bekerja tanpa istirahat atau bagai kuda, mengalami kelelahan hingga menyebabkan microsleep.

Lantas apa itu microsleep dan kenapa bisa menjadi penyebab kecelakaan?

Mengutip buku Why We Sleep garapan Matthew Walker, microsleep ialah kemerosotan konsentrasi sesaat yang biasanya diderita oleh orang kurang tidur secara kronis. Microsleep biasanya berlangsung beberapa detik saja, di mana dalam waktu itu kelopak mata akan terpejam sebagian atau sepenuhnya.

“Selama microsleep, otak menjadi buta terhadap dunia luar dalam waktu yang singkat. Bukan hanya visual, namun dalam seluruh jalur persepsi,” tulis ilmuwan yang melakukan penelitian tentang tidur selama 20 tahun itu.

Walaupun hanya terjadi beberapa detik, namun akibatnya akan menghilangkan respons serta kontrol dari tindakan motorik yang sangat fatal.

“Andai microsleep terjadi pada kecepatan 97 km/jam, ini mungkin microsleep terakhir yang Anda ketahui,” tulis dia.

Berkendara saat lelah atau pun mengantuk sangat tidak disarankan. Matthew Walker menjelaskan pengemudi lebih baik menepi untuk beristirahat ataupun tidur sejenak.

Ketika sudah terbangun dari tidur, lanjut dia, jangan langsung mengemudi karena masih mengalami efek sleep inertia atau efek yang dibawa alam tidur menuju alam sadar. Dalam kondisi itu kesadaran penuh belum tercapai. Maka, saran Matthew Walker, untuk mengambil waktu sejenak guna memulihkan kesadaran.

“Jangan tersesat dengan banyak taktik tak efektif yang kata orang bisa membuat Anda melawan kantuk saat mengemudi, seperti meninggikan volume radio/musik, membuka jendela mobil, dan sebagainya. Namun sayangnya itu tidak benar. Berasumsi demikian justru membahayakan hidup Anda, keluarga atau sahabat Anda yang berada satu mobil dengan Anda,” tulis dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya