SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
WONOGIRI- Pusat Pengembangan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Prof Dr Soeharso Solo akan memetakan permasalahan difabel di Wonogiri yakni di dua kecamatan, Wonogiri dan Selogiri.
Kegiatan ini untuk mengetahui jumlah difabel dan permasalahannya sehingga ada solusi agar difabel mampu mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya.
Setelah didata, maka akan didiskusikan dengan Tim Advokasi Difabel (TAD) Wonogiri untuk sinkronisasi data. Commite Organizer PPRBM untuk program perlindungan anak dan perempuan difabel di Wonogiri, Nuryadin Jojon, mengatakan kasus-kasus di Wonogiri cukup signifikan.
“Stigma negatif masyarakat tentang difabel juga masih kerap muncul di permukaan. Seperti keluarga yang memiliki anak difabel dan masih menganggap aib serta malu untuk terbuka. Padahal, anak difabel juga memerlukan hak yang sama salah satunya pendidikan,” ungkapnya saat dihubungi wartawan, Jumat (27/4).
Permasalahan itu, menurut Jojon, ada yang disebabkan oleh keluarga dan ada juga difabel yang tidak mempunyai Jamkesmas karena tidak terdata. Serta anak difabel usia sekolah yang mayoritas tidak diterima di sekolah umum karena tidak ada guru yang sesuai bidangnya.
Ia menambahkan, program difabel juga tersendat di regulasi, seperti sulitnya keluarga difabel untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebab, difabel tidak hanya memerlukan pelayanan kesehatan secara fisik, tapi juga psikis. Di bulan Mei, pihaknya berencana melakukan audiensi dengan TAD Wonogiri untuk permasalahan difabel dan melakukan riset terkait difabel.
Ia berharap ada peran pemerintah di masyarakat untuk memperhatikan hal itu. Ia bersama dua LSM asal Solo yakni Yayasan Kakak dan Spekham juga akan mengadakan gerakan bersama untuk mengangkat hal-hak difabel.