Soloraya
Jumat, 26 Januari 2024 - 18:12 WIB

Dikebut 10 Hari, Kilau Lampion Siap Semarakkan Imlek di Kawasan Pasar Gede Solo

Wahyu Prakoso  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga memasang instalasi lampu atau lampion berbentuk naga di kawasan Pasar Gede Solo, Kamis (26/1/2024). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Kota Solo menyambut perayaan Imlek 2024 dengan semarak. Ribuan lampion telah selesai dipasang di kawasan Pasar Gede Solo sebelum dinyalakan akhir pekan ini.

Ribuan lampion menjadi daya tarik wisata setiap Imlek di Kota Solo sejak 2007. Keberadaanya juga menjadi pengungkit ekonomi Kota Solo, khususnya bagi pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Pasar Gede Solo.

Advertisement

Imlek tahun ini, para pemangku kepentingan bersepakat menata lapak pedagang kaki lima (PKL) supaya para pengunjung bisa berfoto dengan nyaman di bawah lampion. Lampion itu berwarna merah, hijau, dan kuning. Mayoritas lampion berwarna merah.

Terdapat instalasi lampu berbentuk naga warna hijau dengan panjang 20 meter. Lampion naga dipasang melingkar di atas Tugu Jam Pasar Gede Solo. Instalasi lampu naga dipasang sesuai dengan tahun Naga Kayu 2024.

Advertisement

Terdapat instalasi lampu berbentuk naga warna hijau dengan panjang 20 meter. Lampion naga dipasang melingkar di atas Tugu Jam Pasar Gede Solo. Instalasi lampu naga dipasang sesuai dengan tahun Naga Kayu 2024.

Lampion berbentuk naga itu merupakan instalasi terakhir sebelum semua lampion diuji coba untuk dinyalakan. Pemasangan dilakukan sekitar 10 orang, Kamis (25/1/2024) pukul 20.00 WIB. Mereka memasang instalasi lampion malam hari saat arus lalu lintas mulai lengang di kawasan Pasar Gede Solo.

Mereka berbagi tugas untuk memasang lampion naga di atas Tugu Jam Pasar Gede, mengatur steger atau perancah, dan ada yang bertugas mengatur arus lalu lintas. Sedangkan pemasangan ribuan lampion itu dilakukan sejak, Senin (15/1/2024).

Advertisement

“Kendaraan menjadi tantangan bagi kami meskipun ada water barrier dan kondisi lebih lengang pada malam hari. Pernah ada pengendara yang menabrak barrier menjelang subuh,” kata dia kepada Solopos.com.

Selain arus lalu lintas, para pekerja menghadapi cuaca hujan saat pemasangan. Kondisi hujan membuat durasi instalasi lampion bertambah. Sedangkan lampion di Kali Pepe dipasang saat pagi sampai sore hari.

Agus bersama teman-temannya bukanlah umat Klenteng Tien Kok Sie, namun sudah sekitar 10 tahun ini terlibat dalam pemasangan lampion. Agus bersama teman-temannya dipekerjakan untuk memeriahkan Imlek di Solo.

Advertisement

“Imlek itu kegembiraan, lampion dinyalakan untuk menyambut Tahun Baru China. Pemasangan lampion ini belakangan menjadikan toleransi di Solo semakin baik. Bisa merangkul semua agama. Hari raya keagamaan lainnya juga dirayakan dengan pemasangan instalasi lampu di kawasan Pasar Gede Solo,” ujar dia.

Pekerja lainya, Tulus Andriyanto, 38, menjelaskan lampion menjadi hiburan gratis bagi masyarakat Kota Solo. Kemeriahan Imlek bisa dirasakan banyak warga lintas agama dan suku setiap malam.

Adapun para pemangku kepentingan selalu memeriahkan perayaan Imlek di Kota Solo, mulai dari umat Konghucu, Perkumpulan Masyarakat Surakarta, pemerintah, dan warga Kelurahan Sudiroprajan melalui Grebeg Sudiro.

Advertisement

Ketua Pemuda Agama Konghucu Indonesia (Pakin) Aristya Angga Susanto mengatakan pengurus Klenteng Tien Kok Sie selalu memasang lampion di depan bangunan klenteng. Kemudian mulai ada pemasangan lampion dengan skala besar di kawasan Pasar Gede dan Balai Kota Solo sejak 2007.

Grebeg Sudiro yang menjadi rangkaian perayaan Imlek di Kota Solo tahun ini tidak hanya mendapatkan dukungan Pemkot Solo dan Pemerintah Provinsi Jateng namun dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Grebeg Sudiro masuk dalam 110 top event pada Karisma Event Nusantara (KEN) 2024.

“Adanya dukungan pemerintah pusat bagus karena ini merupakan event besar. Para peserta bukan hanya warga Solo namun dari luar kota untuk berpartisipasi dalam kirab,” kata dia.

“Perayaan Imlek semakin lebih meriah. Perayaan Imlek tetap sama dan kami memaknainya tetap sama, meskipun beberapa hari setelah Imlek ada pemungutan suara. Semoga tidak dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan politik,” tambah dia.

Menurut dia, kemeriahan Imlek tidak hanya dirasakan umat Konghucu maupun warga keturunan Tionghoa. Masyarakat setempat ada yang mendapatkan berkah dengan menjadi pedagang musiman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif