SOLOPOS.COM - ilustrasi. (dok Solopos)

ilustrasi. (dok Solopos)

Sragen (Solopos.com)–Sekitar 80 persen lahan tanam di Desa Brangkal, Kecamatan Gemolong, dibiarkan bera oleh pemiliknya, lantaran minimnya air di musim kemarau ini. Padahal, desa tersebut memiliki potensi empat sumber mata air abadi yang tak pernah kering.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal itulah yang menjadi keprihatinan para warga dan perangkat Desa Brangkal. Meski mengetahui potensi sumber air di desa yang melimpah, namun diakui mereka, hingga kini belum ditemukan solusi terbaik untuk pemanfaatan potensi itu.

“Keadaannya memang ironis. Di satu sisi, desa ini dikelilingi empat sumber mata air, tapi di sisi lain sawah dan tegalan milik warga tetap bera karena tak ada pengairan,” tutur Kepala Desa Brangkal, Ondel Sumarno saat ditemui Espos, di ruang kerjanya, Senin (24/10/2011).

Dari data yang disampaikan petugas PPL Desa Brangkal, Kristiawati, desa tersebut memiliki sekitar 170 hektar lahan tanam, yang terdiri dari 80, 53 ha tanah tadah hujan, 74, 51 ha tanah tegalan dan 15 ha tanah pekarangan yang digunakan untuk sawah.

Dari total lahan tanam itu, rata-rata warga Desa Brangkal hanya bisa menikmati hasil panen padi sekali dalam setahun. Setiap musim tanam kedua tiba, kondisi irigasi di desa itu sudah memprihatinkan, sehingga petani hanya berani menanam kacang, jagung atau ketela pohon.

Dikatakan Sumarno, hasil panen kedua para petani tak bisa terlalu diandalkan. Paling besar, kata dia hasilnya hanya 50 persen. Keberadaan sumur pantek pun langka di desa itu.

“Kami sudah lama memimpikan sumber mata air yang ada di desa ini bisa dimanfaatkan untuk irigasi. Saya juga sudah berusaha mengusulkannya kepada pihak UPTD Pertanian Kecamatan Gemolong,” ujar Sumarno.

Namun, diungkapkan Kristiawati, pemanfaatan sumber air untuk irigasi masih sulit dilakukan. Pasalnya, empat sumber mata air tersebut berada dalam posisi yang kurang mendukung.

“Tempatnya terlalu curam dan berada di perbatasan desa, sehingga kalau dibangun saluran irigasi, dananya tak efisien. Dana yang dikeluarkan tak sebanding dengan luas area lahan yang terairi. Kalau mau nekat dibangun untuk pengairan seluruh lahan, anggarannya tak mencukupi,” tutur dia.

Menanggapi hal itu, Sumarno mengharapkan masih ada solusi lain untuk pemanfaatan empat potensi sumber air di desanya. Menurutnya, potensi yang dimiliki desanya semestinya bisa digunakan untuk kesejahteraan warganya.

“Untuk membuat warga desa ini lebih sejahtera memang harus ada pengorbanan. Kalau anggarannya tak pernah bisa cukup, maka warga di sini pun tak akan bisa mencapai kemakmuran,” tandas dia.

(m97)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya