Soloraya
Selasa, 25 Oktober 2011 - 11:42 WIB

Dikelilingi empat sumber mata air, lahan tanam di Brangkal tetap bera

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi. (dok Solopos)

ilustrasi. (dok Solopos)

Sragen (Solopos.com)–Sekitar 80 persen lahan tanam di Desa Brangkal, Kecamatan Gemolong, dibiarkan bera oleh pemiliknya, lantaran minimnya air di musim kemarau ini. Padahal, desa tersebut memiliki potensi empat sumber mata air abadi yang tak pernah kering.

Advertisement

Hal itulah yang menjadi keprihatinan para warga dan perangkat Desa Brangkal. Meski mengetahui potensi sumber air di desa yang melimpah, namun diakui mereka, hingga kini belum ditemukan solusi terbaik untuk pemanfaatan potensi itu.

“Keadaannya memang ironis. Di satu sisi, desa ini dikelilingi empat sumber mata air, tapi di sisi lain sawah dan tegalan milik warga tetap bera karena tak ada pengairan,” tutur Kepala Desa Brangkal, Ondel Sumarno saat ditemui Espos, di ruang kerjanya, Senin (24/10/2011).

Advertisement

“Keadaannya memang ironis. Di satu sisi, desa ini dikelilingi empat sumber mata air, tapi di sisi lain sawah dan tegalan milik warga tetap bera karena tak ada pengairan,” tutur Kepala Desa Brangkal, Ondel Sumarno saat ditemui Espos, di ruang kerjanya, Senin (24/10/2011).

Dari data yang disampaikan petugas PPL Desa Brangkal, Kristiawati, desa tersebut memiliki sekitar 170 hektar lahan tanam, yang terdiri dari 80, 53 ha tanah tadah hujan, 74, 51 ha tanah tegalan dan 15 ha tanah pekarangan yang digunakan untuk sawah.

Dari total lahan tanam itu, rata-rata warga Desa Brangkal hanya bisa menikmati hasil panen padi sekali dalam setahun. Setiap musim tanam kedua tiba, kondisi irigasi di desa itu sudah memprihatinkan, sehingga petani hanya berani menanam kacang, jagung atau ketela pohon.

Advertisement

“Kami sudah lama memimpikan sumber mata air yang ada di desa ini bisa dimanfaatkan untuk irigasi. Saya juga sudah berusaha mengusulkannya kepada pihak UPTD Pertanian Kecamatan Gemolong,” ujar Sumarno.

Namun, diungkapkan Kristiawati, pemanfaatan sumber air untuk irigasi masih sulit dilakukan. Pasalnya, empat sumber mata air tersebut berada dalam posisi yang kurang mendukung.

“Tempatnya terlalu curam dan berada di perbatasan desa, sehingga kalau dibangun saluran irigasi, dananya tak efisien. Dana yang dikeluarkan tak sebanding dengan luas area lahan yang terairi. Kalau mau nekat dibangun untuk pengairan seluruh lahan, anggarannya tak mencukupi,” tutur dia.

Advertisement

Menanggapi hal itu, Sumarno mengharapkan masih ada solusi lain untuk pemanfaatan empat potensi sumber air di desanya. Menurutnya, potensi yang dimiliki desanya semestinya bisa digunakan untuk kesejahteraan warganya.

“Untuk membuat warga desa ini lebih sejahtera memang harus ada pengorbanan. Kalau anggarannya tak pernah bisa cukup, maka warga di sini pun tak akan bisa mencapai kemakmuran,” tandas dia.

(m97)

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Bera Gemolong Lahan
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif