SOLOPOS.COM - Pemdes Tasikhargo, Jatisrono, Wonogiri, mengadakan ritual bedah bumi untuk mengawali perintisan alas tersebut untuk lokasi wisata, Senin (15/5/2023). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Di wilayah Desa Tasikhargo, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, ada lokasi bernama Alas Mbogo yang sejak dulu terkenal angker dan menyimpan hal-hal mistis. Meski begitu, tempat itu kerap didatangi orang untuk berziarah, semedi, atau meditasi.

Hal itu ditangkap oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Tasikhargo sebagai peluang untuk membuka wisata religi dan sebagai langkah awal, Pemdes mengadakan tradisi bedah bumi di Alas Mbogo, Senin (15/5/2023). Dengan ritual itu diharapkan akan semakin orang yang datang ke tempat yang kerap digunakan orang mencari keberuntungan itu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Desa Tasikhargo, Suyoto, kepada Solopos.com, Selasa (16/5/2023), mengatakan bakal membangun wisata religi di Alas Mbogo. Dia membenarkan sejak dulu Alas Mbogo terkenal angker dan banyak menyimpan hal mistis.

Kendati demikian, tempat itu kerap dikunjungi warga dari sejumlah daerah untuk berziarah, semedi, atau meditasi. Mereka yang datang ke Alas Mbogo itu justru dari luar Wonogiri seperti Demak, Banyumas, Grobogan, bahkan Bali.

Orang-orang itu biasanya melakukan ritual agar hajat atau keinginan mereka terkabulkan. Pemdes melihat hal itu sebagai potensi untuk dijadikan wisata religi. Suyoto juga mengaku sudah melakukan meditasi dan mendapatkan izin dari leluhur atau penggung alas tersebut.

“Malam Kamis kemarin saya sudah bermeditasi di Alas Mbogo dan sudah berkomunikasi dengan leluhur, Eyang Mbogo dan Eyang Wira Cipta. Kami izin untuk membuat wisata religi di situ,” kata Suyoto.

Selamatan

Suyoto menyebut para leluhur itu memberikan palilah, tetapi sebelum wisata itu dibuka, harus melaksanakan bedah bumi di lokasi tersebut. Upacara bedah bumi itu semacam simbol peletakan batu pertama untuk membangun wisata itu. Selain itu sebagai bentuk syukur dan selamatan agar rencana itu bisa terealisasi dan berjalan lancar.

“Para leluhur meminta agar bedah bumi atau selamatan itu ada tumpengan. Namun, dalam tumpengan itu tidak boleh ada unsur dagingnya, jadi hanya hasil bumi seperti makanan pecel, krokot, dan lainnya,” ujar dia.

Wisata religi itu kelak diharapkan bisa memberi dampak baik terhadap ekonomi warga sekitar. Di lain sisi, upaya itu untuk menjaga kelestarian alam Alas Mbogo agar tidak dikunjungi secara sembarangan dan serampangan sehingga bisa merusak lingkungan.

Menurut Suyoto, pengunjung Alas Mbogo ramai ketika malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon. Pemdes akan membangun semacam bangunan untuk tempat berdzikir, meditasi, atau semedi.

Semula, rencana tersebut ditentang oleh sejumlah orang karena Alas Mbogo terkenal sangat angker dan tidak pernah ada yang berani mengubah. Mereka takut akan terjadi sesuatu jika rencana itu dilakukan. “Tapi sekarang sudah paham maksud dan tujuannya dan tidak mempermasalahkan lagi,” kata Suyoto.

Kepala Dusun Mloyo, Tasikhargo, Iwan, menyampaikan gagasan membuka wisata religi itu diprakarsai Pemdes Tasikhargo. Wisata itu akan dibuka sesegera mungkin sehingga bisa dinikmati para pengunjung yang menyukai wisata religi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya