SOLOPOS.COM - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga, melihat proses produksi pengolahan kayu sonokeling di CV Sono Putro, Desa Karang, Kecamatan Delanggu, Klaten, Sabtu (1/7/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pabrik olahan kayu ekspor CV Sono Putro di Dukuh Tlobong, Desa Karang, Kecamatan Delanggu, Klaten, mendapat kunjungan dari Wakil Menteri Perdagangan atau Wamendag, Jerry Sambuaga, Sabtu (1/7/2023).

Dalam kesempatan itu, Jerry yang didampingi Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Farid Amir, mengatakan Kementerian Perdagangan berkomitmen terus mendorong kinerja ekspor dari berbagai jenis produk nonmigas termasuk produk pertanian dan kehutanan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kedua jenis produk itu merupakan produk ekspor utama Indonesia setelah bahan bakar mineral, lemak dan minyak, besi dan baja, bijih logam, dan alas kaki.

“Guna mendorong kinerja ekspor, Kementerian Perdagangan telah melakukan berbagai langkah strategis, di antaranya dengan memberikan relaksasi kebijakan terhadap jenis produk tersebut,” jelas Wamendag dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com, Minggu (2/7/2023).

Untuk produk kayu S4S (surfaced on 4 sides), E2E (eased 2 edges), dan E4 (eased 4 edges), pada 15 Juli 2023-14 Juli 2024 diberikan relaksasi luas penampang. Dari sebelumnya yang dapat dieskpor maksimal 10.000 mm persegi, menjadi 15.000 mm persegi.

Selain itu, juga diberikan fasilitasi subsidi pembiayan pengurusan Laporan Surveyor (LS) untuk pelaku usaha kecil dan mikro (UKM). Dalam kunjungan ke pabrik kayu ekspor di Delanggu, Klaten, itu, Wamendag menjelaskan Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan Permendag Nomor 16 Tahun 2021 tentang Verifikasi atau Penelusuran Teknis di Bidang Perdagangan Luar Negeri.

Selain itu Permendag Nomor 19 Tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan Ekspor. Dalam peraturan tersebut, kegiatan ekspor termasuk produk industri kehutanan wajib dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis oleh surveyor independen yang memenuhi ketentuan dan telah ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.

Kriteria Teknis

“Dalam hal ini, kami mengapresiasi PT Sucofindo sebagai surveyor dalam melakukan verifikasi/penelusuran teknis untuk penerbitan Laporan Surveyor [LS] guna memastikan bahwa produk yang akan diekspor sesuai dengan ketentuan kriteria teknis, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan kriteria teknis produk industri kehutanan,” terang Wamendag.

Pada kunjungan itu, Wamendag mengapresiasi CV Sono Putro yang menghasilkan produk olahan kayu yang mampu menembus pasar ekspor. Wamendag menilai produk CV tersebut sangat potensial.

“Diolah dengan mesin-mesin bagus dan tentunya produk jadi serta diekspor keluar negeri. Salah satunya produk handycraft, stang untuk gitar salah satunya untuk gitar Yamaha. Ini menunjukkan produk Indonesia kompetitif,” kata Jerry saat ditemui wartawan di CV Sono Putro.

Pada kunjungan ke pabrik kayu ekspor di Delanggu, Klaten, itu, Jerry menjelaskan selama 37 bulan berturut-turut neraca perdagangan Indonesia menunjukkan tren surplus. Artinya, nilai ekspor lebih besar dari impor. “Bahkan di Desember 2022, nilai surplus US$ 54,46 miliar. Itu tertinggi sejak Republik ini berdiri,” kata Jerry.

Jerry menjelaskan lima komoditas Indonesia yang paling banyak diekspor yakni crude palm oil (CPO), batubara, bijih besi, besi dan baja, serta nikel dan produk turunan lainnya. Dia mendorong agar produk-produk yang diekspor bukan produk mentah.

Punya Nilai Tambah

“Produk yang dikirim itu bukan produk mentah. Tetapi produk yang diolah sehingga memberikan nilai tambah yang sangat baik untuk industri. Kami akan mentransformasikan bangsa kita ini tidak hanya ekspor barang-barang mentah, tetapi barang-barang yang memiliki nilai tambah,” kata dia.

Direktur CV Sono Putro, Djumadi Sri Wiryanto, mengatakan produk yang dihasilkan yakni olahan kayu sonokeling dalam bentuk dekoratif, E2E (eased 2 edges), dan balok kaki. Perusahaan itu sudah dirintis sejak 1998.

Hasil olahan kayu pabrik di Delanggu, Klaten, itu mulai menembus pasar ekspor sejak 2015. Selama ini, produk dari perusahaan itu diekspor ke China. Hanya, selama dua tahun terakhir volume barang yang diekspor mengalami penurunan.

“Dalam keadaan ini empat kontainer  sebulan, mengalami penurunan. Dari China kan sepi [permintaan] saat ini. Informasi yang kami dapat tadi karena dampak perang Rusia-Ukraina,” kata Djumadi saat ditemui wartawan seusai kunjungan Wamendag.

Djumadi mengatakan biasanya ia mengirim delapan kontainer kayu olahan ke China dalam sebulan namun sekarang hanya empat kontainer. “Kami berharap dibantu untuk pemasaran ke China. Harapan kami ekspor tetap ke China tetapi bisa langsung ke pabriknya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya