Soloraya
Selasa, 8 Oktober 2019 - 18:15 WIB

Dilarang Jual Minyak Goreng Curah, Begini Tanggapan Pedagang di Solo

Farida Trisnaningtyas  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pedagang sembok. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Pemerintah melarang peredaran minyak goreng curah di pasaran mulai 1 Januari 2020. Menanggapi hal tersebut, para pedagang kebutuhan pokok maupun makanan di Kota Solo keberatan.

Kebijakan tersebut dinilai semakin memberatkan masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah. Harganya yang lebih murah daripada minyak goreng kemasan menjadikan minyak goreng curah pilihan utama masyarakat baik untuk dijual maupun dipakai memasak.

Advertisement

Pedagang sembako Pasar Legi, Maryani, mengaku terkejut dengan kebijakan pemerintah melarang peredaran minyak goreng curah. Minyak goreng ini lebih tinggi peminatnya daripada minyak goreng kemasan.

“Minyak goreng curah itu bisa terjual rata-rata 30 kg [30 liter] sehari. Sementara yang kemasan belum tentu tiga hari 12 liter habis. Selisihnya jauh kan,” katanya kepada wartawan, Senin (7/10/2019).

Advertisement

“Minyak goreng curah itu bisa terjual rata-rata 30 kg [30 liter] sehari. Sementara yang kemasan belum tentu tiga hari 12 liter habis. Selisihnya jauh kan,” katanya kepada wartawan, Senin (7/10/2019).

Baca juga:

Dikira Kabur, Sopir Mobil Penabrak Motor di Pasar Kliwon Solo Ternyata Lapor Polisi

Advertisement

Penutup Saluran Air Flyover Manahan Solo Jadi Perhatian Legislator, Kenapa?

Maryani menambahkan minyak goreng curah saat ini dijual Rp10.000/liter, sementara minyak goreng kemasan sekitar Rp12.000/liter. Menurutnya, selisih harga sekitar Rp2.000 ini menjadi pertimbangan masyarakat atau konsumen memilih minyak curah.

Terlebih jika mereka butuh minyak goreng dalam jumlah banyak untuk usaha kuliner seperti warung makan, restoran, atau saat hajatan.

Advertisement

Penjual ayam geprek dan kremes di Manahan, Surati, keberatan dengan kebijakan tersebut. Ia kerap membeli minyak goreng dalam jumlah banyak untuk menggoreng ayam.

“Kalau dipaksa membeli minyak goreng kemasan, mahal selisihnya. Apalagi saya setiap hari menggoreng pakai minyak. Kalau dihitung selisih Rp2.000 per liter ya banyak,” ungkapnya.

Ia mengaku bisa menghabiskan minyak goreng curah sebanyak 30 liter dalam sehari. Di sisi lain, ia tak mungkin menaikkan harga dagangannya akrena bias dikomplain hingga kehilangan pelanggan.

Advertisement

“Kalau harga naik tentu saya harus menyesuaikan harga menunya. Nanti saya diprotes pelanggan,” jelasnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif