Soloraya
Kamis, 7 September 2017 - 10:15 WIB

Dilarang Konvoi, Muslim Sukoharjo Diimbau Salat Gaib untuk Rohingya

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana rapat koordinasi (rakor) lintas sektoral dalam rangka menjaga kondusivitas keamanan dan ketertiban masyarakat di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sukoharjo, Rabu (6/9/2017). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Krisis Rohingya menjadi keprihatinan masyarakat luas.

Solopos.com, SUKOHARJO –Polisi melarang konvoi sepeda motor massa aksi damai atas tragedi kemanusiaan warga Rohingnya di Myanmar yang rencananya digelar di sekitar kawasan Candi Borobudur, Magelang. Umat muslim di Sukoharjo justru diimbau untuk melaksanakan salat gaib untuk mendoakan kaum Rohingya yang meninggal dunia.

Advertisement

Polres Sukoharjo bersama Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sukoharjo menggelar rapat koordinasi (rakor) lintas sektoral dalam rangka menjaga kondusivitas keamanan dan ketertiban masyarakat di Kantor Kemenag Sukoharjo, Rabu (6/9/2017).

Aksi unjuk rasa dilarang dilaksanakan di bangunan cagar budaya. “Saya melarang ada konvoi sepeda motor lantaran bisa mengganggu kamtibmas dan pengguna jalan lain. Lebih baik melaksanakan salat gaib seusai menunaikan Salat Jumat di masjid,” kata Kapolres Sukoharjo, AKBP Iwan Saktiadi, Rabu.

Polda Jateng telah melarang aksi damai di kawasan Candi Borobudur. Selain cagar budaya, Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia yang diakui dunia internasional. Kapolres bakal menginstrusikan kepada para bintara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) di setiap desa/kelurahan untuk mengimbau muslim melaksanakan salat gaib di masjid.

Advertisement

Langkah ini dilakukan untuk menjaga kondusivitas keamanan dan keharmonisan antarumat beragama di Sukoharjo. “Saya juga meminta Kemenag untuk melakukan hal serupa [imbauan melaksanakan salat gaib]. Aksi unjuk rasa di candi bakal menjadi kegiatan kontra produktif dan inkonstitusional lantaran melanggar perundang-undangan,” papar dia.

Hal senada diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sukoharjo, K.H. Yazid Anwari. Solidaritas umat muslim atas tragedi kemanusiaan yang menimpa kaum Rohingya bisa dilakukan dengan penggalangan dana. Umat muslim juga diminta tidak terprovokasi dengan isu-isu yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Apabila terjadi hal-hal yang tak diinginkan saat aksi damai di sekitar Candi Borobudur dapat mencoreng bangsa Indonesia di mata dunia internasiona. “Negara lain mengapresiasi Indonesia yang memiliki berbagai macam suku, agama dan ras namun bisa rukun dan damai. Hal itu harus dijaga dan dipelihara,” papar dia.

Advertisement

Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sukoharjo, Suparno, menyatakan bangsa Indonesia harus mengimplementasikan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI untuk menjaga kerukunan antarumat beragama. Kegiatan itu juga dihadiri elemen pemuda seperti Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Pemuda Muhammadiyah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif