SOLOPOS.COM - Permukiman Kota Solo terlihat dari ketinggian. Saat ini ketersediaan lahan untuk membangun perumahan di Solo sudah sangat minim, harganya pun mahal. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Harga rumah di Kota Solo kini semakin tak terjangkau, apalagi untuk pekerja bergaji kisaran upah minimum kota atau UMK yang sekitar Rp2 juta/bulan. Harga lahan yang semakin melambung ditambah ketersediaan yang minim membuat harga rumah di Solo kian tak masuk akal.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Di sisi lain, untuk membeli rumah di wilayah satelit seperti Kartasura (Sukoharjo), Wonorejo (Karanganyar), atau Ngemplak (Boyolali) memang memungkinkan karena masih banyak rumah subsidi yang harganya terjangkau untuk gaji UMK. Namun, tinggal di wilayah satelit juga membuat perjalanan yang harus ditempuh ke tempat kerja menjadi lebih jauh.

Biaya atau ongkos perjalanan seperti untuk membeli bahan bakar kendaraan jadi membengkak. Hal itu menjadi dilema tersendiri bagi para pekerja Solo yang bergaji UMK dan ingin segera memiliki rumah.

Seperti diungkapkan Aditya, salah satu pegawai hotel di Kota Solo. Ia menceritakan pengalamannya mencari rumah di Kota Solo saat hendak memboyong keluarganya dari Purwodadi, Kabupaten Grobogan, pindah ke Kota Bengawan pada awal 2018 lalu.

Keinginan itu hingga kini belum terwujud lantaran penghasilannya sebagai karyawan kontrak tak mampu menjangkau harga tanah dan rumah yang terus melambung.

Baca Juga: Makin Susah Beli Rumah di Solo, Sejak 2017 Hanya 2 Perumahan Dibangun

“Ada rencana dan sempat cari lahan dekat Laweyan, karena dekat dengan tempat kerja sama buat tumbuh kembang anak lumayan cocok. Dua tahun mencari, bahkan sampai ke daerah Jebres, harganya sudah sangat mahal. Buat pekerja bergaji UMK sedikit susah dapet rumah di Solo,” ulasnya saat diwawancarai Solopos.com, Sabtu (20/8/2022).

Mengenai opsi untuk membeli rumah di pinggiran Kota Solo, dengan penuh perhitungan, Aditya menjelaskan dari segi pengeluaran untuk menempuh jarak dari rumah menuju lokasinya bekerja.

Kenaikan Harga BBM

“Sekarang beli rumah agak ke pinggir di Sukoharjo atau pun di daerah Boyolali, makan waktu sekitar 20 menit ke tempat kerja. [Harga] Bensin juga sekarang terus naik, jadi sebenarnya ingin sebisa mungkin beli rumah di sekitar sini supaya bisa hemat bensin dan ramah buat anak. Dua itu pertimbangannya,” ujarnya.

Senada dengan Aditya, Eka, warga Pacitan yang sudah delapan tahun tinggal di Kota Solo ini mengaku masih mencari tanah di Kota Solo dengan harga yang terjangkau. Ia berusaha mencari lahan di daerah tempatnya bekerja tepatnya di Jebres. Namun, sebagai pekerja bergaji kisaran UMK, keinginannya untuk beli rumah di Solo masih jauh panggang dari api.

Baca Juga: Intip The Nyaman Riverside, Kompleks Perumahan Terakhir yang Dibangun di Solo

“Kalau bukan warga Kota Solo asli yang punya rumah di Solo dari dulu, susah buat beli rumah di sini. Sekarang harga rumah di sini sudah di atas Rp350 juta, butuh nabung berapa lama buat bayar uang mukanya saja?” katanya kepada Solopos.com, Sabtu.

Meski demikian, ia tak patah arang. Ia terus mencari rumah yang sesuai dan berharap Pemkot Solo memberikan ruang untuk mereka yang ingin membeli lahan dengan gaji UMK.

perumahan kartasura sukoharjo rumah pekerja bergaji UMK solo
Ilustrasi perumahan. (freepik)

“Masih terus nyari karena sudah nyaman tinggal di sini karena sudah nyaman dengan lingkungan Kota Solo. Mungkin Pemkot Solo bisa menyiapkan lahan supaya warganya bisa tinggal dengan gaji UMK,” ujarnya berkelakar.

Keresahan akan ketidakmampuan membeli rumah juga terpancar dari Nurpratiwi, perawat yang sudah lima tahun bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Kota Solo. Ia sudah berencana untuk membeli rumah dan mengumpulkan uang muka dari penghasilannya. Namun, menurutnya saat ini rumah di Kota Solo, bahkan di daerah pinggiran, sudah tidak terjangkau, apalagi untuk pekerja bergaji UMK.

Baca Juga: Pengin Beli Rumah Subsidi di Sukoharjo? Ini Lokasi Paling Banyak Peminat

Legalitas Tanah

“Tahun 2017 pertama kali ke Solo sudah nyaman dengan kotanya, sudah nabung karena tekad dari awal beli rumah di sini. Apalagi adik-adik saya juga kuliah di Solo. Tapi sekarang sudah sangat tidak terjangkau, bahkan kalau pun terjangkau harganya, legalitasnya masih dipertanyakan,” ungkapnya, Sabtu (20/8/2022).

Wanita asal Kota Cirebon ini mengaku sempat ditawari rumah murah di sekitar Nusukan, tetapi begitu dicek lahan tersebut merupakan tanah milik PT KAI. Nurpratiwi tidak menyerah, ia terus melakukan kalkulasi matang untuk bisa membeli rumah di Kota Solo.

“Sempat ditawari yang dekat Simpang Joglo, tapi pas sampai sana ternyata lahan PT KAI, harganya waktu itu sekitar Rp85 juta. Sekarang ya terus nabung saja posisinya, menyisihkan sekitar Rp500.000 dari gaji per bulan. Kalau apesnya tidak bisa ya beli di Sukoharjo mungkin,” jelasnya dengan nada getir.

Wiko, pria asal Semarang yang bekerja sebagai pegawai bank di Kota Solo juga hanya bisa pasrah untuk urusan beli rumah. Ia melihat ironinya tinggal di Solo di mana biaya hidup yang justru justru berbanding terbalik dengan harga propertinya.

Baca Juga: Harga Rp160-an Juta, Rumah Subsidi jadi Penolong Milenial Sukoharjo

Selain itu, tidak lagi mudah membeli rumah di Kota Solo khususnya untuk pekerja bergaji UMK. Menurut kalkulasinya, Wiko mengatakan setidaknya dibutuhkan sebanyak Rp250 juta untuk membeli rumah layak huni di Kota Solo.

“Misal kenaikan gaji UMR Rp100.000 per tahun, kenaikan harga rumah bisa sampai Rp2 juta per tahun, ini sudah tidak masuk akal. Jadi pilihannya ya jelas beli di luar Kota Solo, seperti Sragen atau Boyolali dan tidak mungkin bisa beli rumah di Kota Solo kalau bukan warga Kota Solo dari lama,” ungkapnya.



Hunian Vertikal

Menurut Wiko, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan Pemkot Solo, salah satunya dengan memperbanyak hunian vertikal seperti apartemen atau rusunawa. Hal itu diyakininya bisa membuat harga tanah sedikit terkendali dan membuat ruang terbuka semakin banyak.

“Kalau mau sebenarnya bisa dibuat apartemen atau rusunawa kerja sama dengan kontraktor. Itu lumayan membantu buat mengontrol harga rumah di Kota Solo, karena memang dari segi luas lahan di sini sangat terbatas,” jelasnya.

Baca Juga: Rumah Subsidi Boyolali Punya Fasilitas Lengkap, Dekat Jalan Raya, Mau?

Seperti diinformasikan sebelumnya, saat ini hampir tidak ada lagi pembangunan perumahan di Kota Solo. Dalam lima tahun terakhir atau sejak 2017, hanya ada dua perumahan baru yang dibangun di Solo, yakni The Nyaman Riverside, Ngipang, Kadipiro, Banjarsari, dan Jasmine Residence di Mojosongo, Jebres.

Keduanya merupakan perumahan komersial dan dibangun dengan jumlah terbatas. Sementara harganya diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Solo menyebut minimnya pembangunan perumahan di Solo saat ini karena lahan yang terbatas dan harga tanah juga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya