Anda bisa mencari berdasar kategori
atau judul berita
Masukan kata kunci

Dilema Pinsar Jateng: Harga Jagung Turun, tapi Harga Pakan Ternak Tetap Tinggi

Dilema Pinsar Jateng: Harga Jagung Turun, tapi Harga Pakan Ternak Tetap Tinggi
author
Ika Yuniati Minggu, 11 Desember 2022 - 16:56 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi unggas. (Freepik).

Solopos.com, BOYOLALI – Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah (Jateng), Parjuni, merasa heran meski harga jagung sudah mengalami penurunan, harga pakan ternak masih tetap sama.

Parjuni mengatakan harga jagung yang merupakan 50 persen campuran dari pakan ternak telah turun dari Rp6.000-an menjadi Rp3.000-an. Parjuni pun meminta pemerintah untuk mengawasi bahan mentah yang berasal dari perusahaan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dengan penurunan tersebut, Parjuni mengatakan seharusnya ada penurunan harga pakan ternak unggas.

“Jadi seharusnya pemerintah lebih cenderung mengawasi raw material yang berasal dari perusahaan. Kadang mereka jualnya ngawur. Bahkan sebenarnya raw material utama pakan ayam kan jagu, pemerintah sudah tahu lima bulan ini harga jagung sudah murah,” ujarnya kepada Solopos.com, Minggu (11/12/2022).

Ia mengungkapkan hal tersebut adalah masalah peternak ayam baik pedaging dan petelur. Jika harga pakan turun, jelas dia, kemungkinan harga jual kepada masyarakat juga bisa turun.

Baca juga: Protes Harga Mahal, Peternak Karanganyar Bagikan Ayam dan Telur Gratis

“Seharusnya harganya itu bisa turun, minal Rp500 – Rp700 per kilogram,” tegasnya.

Ia juga menekankan jika pemerintah ingin harga telur dan daging ayam turun maka harga bahan baku penyumbang kenaikan juga harus diturunkan.

Tambah dia, harus ada juga pengawasan di tingkat pabrik agar tidak terjadi penentuan harga secara ugal-ugalan sehingga mendapatkan keuntungan semau sendiri. Parjuni menjelaskan kalau peternak menentukan harga sebenarnya hanya mengikuti harga pakan dan bibit.

“Kalau pabrikan sudah menguasai itu dan tidak dikendalikan, itu repot. Pemerintah justru mengalami inflasi yang sebenarnya penyebabnya bukan dari peternak. Namun, dari bahan baku yang didapat dari pabrik-pabrik itu,” kata dia.

Baca juga: Kampanye Konsumsi Daging, Pinsar Jateng Bagikan Ayam Gratis di Karanganyar

Ia mengungkapkan harga bibit ayam petelur dalam kondisi normal berkisar Rp7.000 – Rp8.000. Namun, dalam beberapa waktu lalu sudah naik di harga Rp14.000 – Rp15.000 per ekor harga dari perusahaan.

Dengan harga segitu, jelasnya, peternak mungkin hanya bisa menjual sekitar Rp16.000 per ekor.

Parjuni, menilai kenaikan harga telur memang cukup tinggi. Ia mengatakan sudah satu hingga dua pekan harga telur ayam naik karena suplai tidak banyak akan tetapi permintaan naik.

“Momen natal dan tahun baru ini menaikkan daya beli sehingga harga-harga jadi naik,” kata dia.

Parjuni mengungkapkan sedikitnya suplai telur karena beberapa waktu lalu ada kerugian di tingkat peternak sehingga banyak yang mengurangi populasi ayam.

Baca juga: Harga Pakan Nasional Naik, PT Widodo Makmur Unggas Tbk Raup Laba Rp91 Miliar

“Untuk harga daging ayam itu posisinya sebenarnya tidak terlalu tinggi dari peternak sekitar Rp19.000 – Rp20.000 per kilogram, masih jauh dari harga pokok produksi. Untuk ayam hidup Rp17.500 – 18.500 per ekor tapi itu sudah naik dari sepekan yang lalu sekitar Rp16.000 – Rp16.500,” kata dia.

Parjuni mengatakan harga sekitar Rp16.000 tersebut sudah berlangsung sekitar lima bulan sebelum naik sepekan yang lalu.

“Itu peternak broiler sudah banyak  yang tutup juga. Kalau yang petelur ini sudah hampir dua bulan harganya cukup tinggi. Namun bukan berarti tidak terjangkau, masih terjangkau,” kata dia.

Ia menambahkan daya beli naik karena kondisi masyarakat di situasi pandemi Covid-19 sudah lebih baik. Ia mengatakan masyarakat sudah bebas untuk keluar rumah dan bisa berkulineran dengan bahan daging ayam dan telur.

“Namun biasanya enggak lama [kenaikan harga]. Paling sekitar satu hingga dua pekan saya kira kalau ayam bakal normal kembali. Namun, untuk telur masih aman [tinggi]. Kalau ayam peternak satu dua pekan akan turun di bawah HPP,” jelasnya.

Baca juga: Mantap! BUMDes Sudimoro Boyolali Sukses Olah Limbah Makanan Jadi Pakan Ternak

Sebelumnya, penjual telur dan daging ayam di Pasar Boyolali Kota, Tarti, 52, mengungkapkan harga telur baru saja turun setelah naik sehari yang lalu. Untuk ayam, jelasnya naik.



“Harga telur hari ini Rp30.000 per kilogram. Kemarin Rp31.000 per kilogram, tapi emang harga telur itu naik turun. Terus daging ayam ini naik jadi Rp31.000 per kilogram setelah Rp30.000, tapi kenaikan masih normal lah,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com di lapaknya Minggu siang.

Ia mengatakan walaupun harga cenderung naik, minat masyarakat untuk membeli telur dan daging ayam tetap normal. Tarti sendiri tak tahu pasti apa yang membuat harga telur dan daging ayam naik, tapi ia menduga kenaikan menjelang natal dan tahun baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya

Koran Solopos


Berita Populer

Dapatkan akses tak terbatas
Part of Solopos.com
ISSN BRIN