SOLOPOS.COM - Ketua PMI Sragen, dr. Ismail Joko Sutresno, saat memberi penjlasan tentang fraksionasi plasma di depan Pendapa Sumonegaran Sragen, Jumat (19/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, memberi pekerjaan rumah (PR) kepada Palang Merah Indonesia (PMI) Sragen agar bisa melakukan fraksionasi plasma darah yang selama ini masih terbuang sia-sia. Untuk bisa melakukannya PMI membutuhkan alat khusus yang harganya sekitar Rp2 miliar plus sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.

Fraksionasi Plasma adalah pemilahan derivat plasma menjadi produk plasma dengan menerapkan teknologi dalam pengolahan darah. Produk Plasma, yang selanjutnya disebut Produk Obat Derivat Plasma adalah sediaan jadi hasil fraksionasi plasma yang memiliki khasiat sebagai obat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Saat ditemui Solopos.com di Pendapa Sumonegaran Sragen, Jumat (19/5/2023), Bupati Yuni menyampaikan untuk bisa mengolah plasma darah itu, kata Yuni, PMI harus tersertifikasi dan terakreditasi. Selain itu memang membutuhkan alat serta SDM yang sudah bersertifikasi kompetensi juga.

“Saya mintanya tahun 2023 ini. Kalau tidak bisa maka harus terealisasi di 2024 agar plasma darah dari para pendonor tidak dibuang. Darah yang disumbangkan ke PMI secara sukarela itu dapat dipisahkan antara plasma dan sel darah merahnya. Plasma itu sebenarnya dibutuhkan pasien, seperti saat penanganan Covid-19 lalu banyak pasien yang membutuhkan plasma,” jelasnya.

Selama ini, Yuni menerangkan kalau ada pasien yang membutuhkan plasma harus dikirim ke PMI Solo. Dia melihat jarak Sragen-Solo cukup jauh sehingga akan lebih baik bila PMI Sragen bisa mengolah plasma sendiri.

Jadi Obat

Sementara itu, Ketua PMI Sragen, dr. Ismail Joko Sutresno, menerangkan darah utuh (whole blood) yang diterima PMI tidak semua komponennya diminta pasien. Kadang-kadang pasien hanya memerlukan packed red cells (PRC) atau sel darah merah atau trombositnya sehingga plasmanya dibuang.

“Target dari PMI pusat sebenarnya semua PMI di Indonesia diminta untuk fraksionasi plasma, karena dibutuhkan bangsa kita. Produk plasma itu bisa untuk komponen obat, yakni untuk pembuatan obat yang bermutu. Syaratnya harus terakreditasi dulu. Kemudian SDM dan alatnya disiapkan. Setelah jadi, plasma nanti dikirim ke PMI pusat. Lalu PMI pusat yang akan mengirim produk plasma itu ke Biofarma di Bandung,” jelasnya.

Ismail menerangkan di Soloraya yang sudah memiliki alat fraksionasi plasma baru PMI Solo. Pada tahun lalu, PMI Klaten membeli alat fraksionasi plasma dengan bantuan APBD. Harga alat itu mahal mencapai Rp2 miliaran. Plasma ini nantinya bisa digunakan sebagai obat.

“Misalnya obat immunoglobulin saja setiap botol berukuran 125 cc harganya sudah Rp1,5 juta. Manfaat lainnya bisa untuk kosmetik. Padahal di Sragen selama ini dibuang. Di sisi lain pemerintah juga masih impor bahan plasma itu. Jadi PMI se-Indonesia diminta mengirim bahan plasma itu ke PMI pusat,” ujar Ismail.

Ismail berharap ada campur tangan APBD Sragen dalam pengadaan alat fraksionasi plasma, apalagi yang memberi PR adalah Bupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya