SOLOPOS.COM - Situasi Pasar Klewer, salah satu sudut Kota Solo. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Kehadiran batik Pekalongan membuat resah sejumlah pedagang Pasar Klewer, Solo yang selama ini mengandalkan batik Solo sebagai penggerak roda usaha mereka. Keresahan sebagian pedagang Klewer itu dipicu semakin merosotnya angka penjualan batik Solo di pasar tekstil dan produk tekstil terakbar di Jawa Tengah tersebut.

Pedagang yang lima tahun lalu mampu menjual batik Solo hingga 120 potong kemeja batik Solo setiap hari, kini menaku hanya mampu melego 25 potong saja dalam sehari. Turunnya jumlah penjualan batik Solo juga didukung banyaknya pengunjung yang lebih memilih berbelanja batik Pekalongan di Pasar Klewer Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Maklum saja, batik Pekalongan ditawarkan dengan harga lebih murah dan coraknya pun lebih beragam. Batik Solo selama ini memang dikenali memunyai warna yang cenderung gelap, sedangakan warna batik Pekalongan atau batik pesisir lebih cerah sehingga lebih mencolok mata. Ciri-ciri batik pesisir itu kemungkinan dianggap calon konsumen lebih modern.

Sumiati, 52, penjaga Toko Batik Solo Mulyo di Blok D-33 Pasar Klewer mengakui penjualan batik Solo kini tak sebanyak batik Pekalongan karena selisih harga yang ditawarkan cukup jauh berbeda. “Harga selembar kemeja batik Pekalongan mulai Rp35.000 hingga Rp75.000,” ungkap Sumiati yang ditemui Solopos.com, pekan lalu.

Harga itu hanya separuh harga rata-rata selembar kemeja batik Solo berkualitas pas-pasan. Kemeja batik Solo dengan kualitas prima bahkan dibanderol dengan label harga mulai dari Rp750.000 hingga Rp1.200.000.

Selisih harga itulah yang diduga sebagian kalangan pelaku usaha di Pasar Klewer menjadi alasan utama turunnya angka penjualan batik Solo di Pasar Klewer. “Pembeli lebih suka batik Pekalongan karena murah dibanding batik Solo meski kualitasnya lebih bagus batik Solo,” kata Yanti, 48, pedagang lain di Pasar Klewer yang ditemui Solopos.com, Kamis, (14/8/2014).

Yanti mengaku mampu menjual ratusan potong batik asal Pekalongan, jauh lebih banyak daripada jumlah penjualan pada pedagang batik Solo. Pernyataan Yanti itu diamini pula oleh Hadi, 55, pemilik Toko Batik Denida di Blok C-17 Pasar Klewer. “Kalau setiap hari pasti ada yang membeli batik Pekalongan tapi kalau batik Solo belum tentu ada yang membeli.”

Hadi menambahkan bahwa pembeli sekarang lebih cenderung membeli batik Pekalongan karena warnanya yang mencolok mata. Kenyataan yang juga dikemukakan Hadi dan Yanti itu membersitkan dugaan Sumiati bahwa kehadiran batik Pekalongan kelak bakal menggeser dominasi batik Solo di Pasar Klewer yang laksana “rumah” bagi batik Solo. (Putu Wiggih Diesta U./JIBI/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya