Soloraya
Selasa, 5 September 2023 - 09:54 WIB

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Klaten: Stok Beras Aman hingga Akhir Tahun

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras (par.com.pk).

Solopos.com, KLATEN — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten memastikan stok beras di Kabupaten Bersinar masih aman hingga akhir tahun.

Kepala DKPP Klaten, Widiyanti, mengatakan ketersediaan beras di Klaten masih aman dilihat dari luas tanam padi di Klaten. Per 31 Agustus 2023, total luas sawah yang ditanami padi 14.400 hektare (ha).

Advertisement

Diperkirakan, padi di belasan ribu hektare sawah itu memasuki panen pada September-Oktober 2023. Sementara, luas lahan yang memasuki panen per Agustus sebesar 5.400 ha dan 4.000 ha sawah di Klaten diperkirakan memasuki panen pada September ini.

“Kalau dilihat dari luasan existing tanaman padi di sawah insyaallah Klaten yang dikenal dengan 1.000 umbulnya ini masih mencukupi memenuhi kebutuhan beras sampai Desember. Karena dengan panen di lahan 2.500 ha saja, cukup memenuhi kebutuhan di Klaten per bulan,” jelas Widiyanti, Selasa (5/9/2023).

Soal fenomena harga gabah, Widiyanti menjelaskan sepanjang 2023 DKPP tak mendengar keluhan soal harga gabah anjlok yang biasanya muncul saat panen raya.

Advertisement

“Di tahun ini kami tidak mendengar petani mengeluhkan harga anjlok. Biasanya memasuki Februari-Maret saat panen raya pasti ada keluhan harganya jatuh dan sebagainya. Tetapi tahun ini tidak mendengar keluhan itu. Memang sejak akhir tahun harganya stabil dan kemarin hampir sampai Rp7.000 per kg,” kata dia.

Di satu sisi, Widiyanti mengatakan kondisi itu berefek pada peningkatan kesejahteraan petani.

“Kalau saya orang di pertanian di satu sisi tentunya bangga, petani ada peningkatan kesejahteraan. Memang sejak dulu yang kami perjuangkan seperti itu, meningkatkan produktivitas dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Di sisi lainnya, ada konsumen dan penggilingan yang mungkin jadi permasalahan,” kata Widiyanti.

Advertisement

Dengan tingginya harga tersebut, Widiyanti mengatakan para pelaku usaha penggilingan padi berskala kecil, apalagi penggilingan menggunakan alat yang sudah berumur dan tidak seefisien mesin di penggilingan besar dan masih baru akhirnya kalah bersaing dalam pencarian gabah.

“Di satu sisi pihak lainnya yang alatnya bagus dan sudah besar, berani membeli gabah dengan harga tinggi. Ini yang terjadi. Ini yang kami coba komunikasikan dengan Bulog dan pihak lainnya yang memiliki kewenangan terkait itu,” kata Widiyanti.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif