SOLOPOS.COM - Puluhan warga dan pedagang di kawasan wisata Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills, Ngargoyoso, berdialog dengan Pemkab Karanganyar bersama pengelola wisata, Kamis (30/3/2023). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Baru tiga bulan beroperasi, Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills di kawasan kebun teh Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar diadang sejumlah persoalan. Penarikan retribusi masuk kawasan hingga pengelolaan parkir diprotes warga setempat.

The Lawu Group selaku pengelola Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills diminta menghentikan penarikan retribusi tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mencuatnya sejumlah persoalan ini disampaikan warga dan pedagang dalam pertemuan yang digelar di kawasan Jembatan Kemuning Sky Hills pada Kamis (30/3/2023). Pertemuan yang difasilitasi Pemkab Karanganyar ini dihadiri Direktur PT Rumpun Sari Kemuning (RSK) selaku pemegang hak guna usaha (HGU) kebun teh Kemuning, Camat Ngargoyoso, Kades Kemuning, dan Direktur The Lawu Group. Ada pula puluhan pedagang dan perwakilan warga di kawasan Kembatan Kaca Kemuning Sky Hills di Dusun Sumbersari, Desa Kemuning.

Dalam pertemuan itu, warga hingga pedagang menyampaikan berbagai persoalan yang terjadi di sana. Seperti disampaikan salah satu pemilik lapak, Harti, yang mengeluhkan sepinya dagangannya sejak retribusi masuk kawasan diberlakukan. Padahal biasanya setiap hari ada pembeli yang mampir di lapaknya. Namun sejak retribusi masuk kawasan diberlakukan, lapaknya sepi.

“Setiap hari minimal dua pembeli ada lah. Tapi sejak itu [ada retribusi masuk kawasan], sehari bisa tidak ada yang beli,” katanya.

Dulu, kata dia, pengunjung bebas masuk kawasan kebun teh tanpa membayar. Para pengunjung hanya ditarik uang parkir kendaraan. Namun sejak jembatan kaca Kemuning Sky Hills beroperasi, pengunjung ditarik retribusi masuk kawasan Rp10.000 per orang. Belum lagi pengunjung ditarik tiket tambahan saat masuk ke jembatan kaca Kemuning Sky Hills sebesar Rp20.000 per orang.

“Di sini kan rata-rata pengunjungnya pelajar. Biasanya mereka datang nikmati suasana kebun teh dan makan, tidak ditarik tiket masuk. Sekarang ditarik Rp10.000 per orang ya sangat memberatkan,” keluhnya.

Ketua Paguyuban Rejeki Semulur, Suharno, mengatakan ada 27 pedagang yang membuka lapak di kawasan kebun teh. Pedagang tersebut sudah ada sebelum jembatan kaca Kemuning Sky Hills dibangun.

Para pedagang ini juga telah meneken perjanjian dengan PT RSK, di mana salah satu isinya tentang kewajiban pemilik warung memberikan konstribusi kepada PT RSK senilai Rp150.000 per bulan per warung. Kini pedagang kesulitan membayar uang sewa itu karena sepinya pengunjung sejak retribusi masuk kawasan diberlakukan.

“Jadi banyak lapak pedagang sepi. Memang tidak semua sepi. Namun retribusi masuk kawasan itu memberatkan sehingga kami minta dihentikan,” kata Suharno.

Pedagang yang mayoritas warga Sumbersari, Desa Kemuning, ini meminta aturan retribusi dikembalikan seperti sebelum jembatan kaca beroperasi. Yakni pengunjung hanya ditarik retribusi parkir masuk kawasan.

Persoalan lain disampaikan warga Sumbersari, Dodo, mengenai pengelolaan parkir. Dia meminta pengelolaan parkir sepenuhnya dikelola warga dengan sistem bagi hasil ke pengelola kawasan wisata tersebut.

Tak Ada Bagi Hasil

Merespons keinginan warga, Direktur The Lawu Group, Parmin Sastro Wijono, akhirnya untuk sementara menutup loket retribusi masuk kawasan jembatan kaca Kemuning Sky Hills. Konsekuensi dari penutupan loket ini membatalkan nota kesepakatan bagi hasil antara The Lawu Group dengan Pemkab Karanganyar.

“Dari tiket masuk kawasan ini kan ada bagi hasil ke Pemkab. Hitungannya dari Rp10.000 per orang, Rp500 masuk ke Pemkab dan Rp250 per tiket ke desa. Jadi konsekuensinya, kami tidak bayarkan itu [bagi hasil],” katanya.

Pengunjung hanya dibebani retribusi parkir kendaraan, dengan besaran parkir mobil Rp5.000 dan sepeda motor Rp3.000. Sumber pendapatan parkir ini dibagi 50 persen ke pengelola kawasan dan 50 persen ke Dusun Sumbersari.

Sedangkan honor untuk petugas parkir, lanjut dia, dibayarkan pengelola wisata jembatan kaca. Selain menutup sementara retribusi masuk kawasan, pihaknya juga memberikan kelonggaran kepada pedagang dalam memilih lokasi berjualan. Apakah pedagang memilih berada di lapak sendiri atau ikut penataan dengan dibangunkan lapak baru. Saat ini, pengelola telah merampungkan pembangunan 14 unit lapak baru sementara jumlah pedagang ada 27 orang.

Terkait dengan desakan kelestarian lingkungan, Parmin mengatakan pengelola berkomitmen menjaga kelestarian kebun teh. Kebun teh, menurutnya, menjadi ikon di Jembatan kaca Kemuning Sky Hills. “Untuk merawat kebun teh kita memperkerjakan 18 warga Sumbersari. Mereka kita berikan honor setiap bulan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya