Soloraya
Rabu, 18 Januari 2023 - 19:30 WIB

Dirazia Satpol PP, Manusia Silver di Prambanan Klaten Kabur Nyemplung ke Sawah

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas Satpol PP dan Damkar Klaten mengamankan seorang PGOT di ruas jalan raya Solo-Jogja, Selasa (17/1/2023). (Istimewa/Satpol PP dan Damkar Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Damkar Klaten menangkap enam pengemis, gelandangan, dan orang telantar (PGOT), serta pasangan suami-istri pengamen yang menjadi manusia silver dalam razia dua hari terakhir.

Keenam PGOT itu ditangkap saat personel Satpol PP dan Damkar Klaten yang tengah menggelar operasi di sepanjang jalan raya Jogja-Solo dari Kecamatan Ceper hingga Prambanan Selasa (17/1/2023).

Advertisement

Kegiatan itu digelar untuk menindaklanjuti laporan warga sekaligus penegakan Perda No 12/2013 tentang Ketertiban Kebersihan dan Keindahan dan Perda No 3/2018 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Kemiskinan.

Keenam PGOT itu terdiri dari lima orang dewasa dan satu orang anak-anak. Mereka yang diamankan tim Satpol PP dan Damkar Klaten terdiri dari tiga perempuan dan tiga laki-laki yang kedapatan mengemis, menjadi manusia silver, serta pengamen.

Advertisement

Keenam PGOT itu terdiri dari lima orang dewasa dan satu orang anak-anak. Mereka yang diamankan tim Satpol PP dan Damkar Klaten terdiri dari tiga perempuan dan tiga laki-laki yang kedapatan mengemis, menjadi manusia silver, serta pengamen.

“Lokasinya dari Karangwuni sampai Prambanan. Di traffic light Ngaran, simpang empat RSI, traffic light Sangkal Putung, dan traffic light di Galmas. Mereka selanjutnya dibawa ke rumah singgah Dissos P3APPKB Klaten untuk asesmen dan pembinaan lebih lanjut,” kata Kepala Satpol PP dan Damkar Klaten, Joko Hendrawan, melalui Subkoordinator Penindakan Satpol PP dan Damkar Klaten, Sulamto, kepada Solopos.com, Rabu (18/1/2023).

Operasi serupa dilakukan pada Rabu. Namun, dua PGOT yang masing-masing merupakan pengamen dan manusia silver di traffic light wilayah Prambanan kabur hingga menceburkan diri ke sawah saat petugas datang.

Advertisement

“Ini menindaklanjuti laporan dari warga. Mereka [PGOT] yang ada di sana itu berasal dari luar kota. Akhirnya barang-barang di tempat yang menjadi basecamp mereka kemudian kami amankan,” kata Sulamto.

Disinggung dua pengamen yang menjadi manusia silver dan tertangkap saat operasi pada Selasa, Sulamto menjelaskan mereka mengaku pasangan suami-istri dari Bantul, DIY. Pasangan manusia silver itu tertangkap petugas Satpol PP dan Damkar Klaten seusai berdandan dan bersiap mengamen di jalanan.

Penghasilan Manusia Silver

Mereka sebelumnya beroperasi di wilayah Sleman, DIY. Lantaran bersaing dengan manusia silver lainnya, mereka kemudian mengamen di wilayah Klaten. Sulamto menjelaskan dari pengakuan pasangan manusia silver itu, rata-rata sehari mereka minimal mendapatkan uang Rp200.000.

Advertisement

“Itu pun dalam kondisi sepi. Dari pengakuan mereka mulai beroperasi itu pukul 10.00 WIB dan pukul 12.00 WIB beristirahat kemudian beroperasi lagi hingga maksimal sampai pukul 19.00 WIB,” kata Sulamto.

Sulamto menjelaskan dari pengakuan mereka menggunakan ramuan khusus untuk mewarnai sekujur tubuh dengan warna silver. Ketika terkena air, warna silver di tubuh mereka mudah luntur

Sulamto membenarkan belakangan bermunculan pengamen dengan menjadi manusia silver di Klaten. Setiap kali menggelar operasi, manusia silver serta PGOT lainnya yang tertangkap sudah diingatkan agar tak lagi mengamen di jalanan lantaran melanggar Perda.

Advertisement

Selain itu, para manusia silver sudah diwanti-wanti tak lagi mengecat tubuh mereka lantaran membahayakan kesehatan. “Kami sudah berupa semaksimal mungkin tetapi memang masih ada saja yang kembali melakukan aktivitas itu. Salah satunya karena alasan terdesak kebutuhan ekonomi,” kata Sulamto.

Salah satu warga Klaten, Subkhan, 49, mengakui belakangan bermunculan orang mengamen menggunakan kostum badut hingga manusia silver di traffic light.

“Kalau selama ini yang saya alami tidak sampai meminta dengan cara memaksa. Namun, mereka kan berada di jalan raya dan berisiko tinggi,” kata warga Kecamatan Ngawen itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif