Soloraya
Selasa, 1 November 2022 - 10:31 WIB

Disebut Jadi yang Terpenting di Sragen, Ini Fakta di Balik Makam Pilang Payung

Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gapura Makam Pilang Payung, Sragen. (youtube/cakrawala tv)

Solopos.com, SRAGEN — Kabupaten Sragen memiliki banyak destinasi wisata religi yang tersebar di sejumlah kecamatan. Kebanyakan berupa makam atau petilasan. Salah satu yang paling terkenal adalah Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Kecamatan Gemolong.

Tapi ternyata, makam Pangeran Samudro dianggap bukan yang paling penting bagi Kabupaten Sragen. Ada satu makam yang dianggap lebih penting bagi Pemkab Sragen, yakni Makam Payung Pilang. Karena di situlah jasad para Bupati Sragen dikebumikan, termasuk bupati pertama Raden Tumenggung (RT) Wirjodiprojo.

Advertisement

Hal ini seperti yang ditulis dalam sebuah artikel pendek di laman pariwisata.sragenkab.go.id yang dikutip Solopos.com, Selasa (25/10/2022). Makam Pilang Payung menjadi tujuan utam proses ziarah makam leluhur setiap peringatan hari jadi Kabupaten Sragen.

Mengacu informasi dari Brayat.sragenkab.go.id, makam yang disakralkan ini terletak di Dusun Prampalan, Desa Krikilan, Kecamatan Masaran. Makam K.R.T Karto Wiryo menjadi makam utama di Pilang Payung. Ia merupakan cucu buyut dari Raden Patah, putra Prabu Brawijaya terakhir yang menjadi penguasa Kerajaan Demak Bintoro.

Baca Juga: Asal-Usul Dukuh Tunggon Sragen dan Kisah Kesetiaan Mbah Sedo Putri

Advertisement

Karto Wiryo adalah orang pertama yang dinobatkan sebagai Bupati Penamping (Wilayah Perbatasan) oleh Pangeran Mangkubumi di Pandak Karang Nongko, Masaran. Ia merupakan cikal bakal yang menurunkan tokoh-tokoh besar yang berperan dalam roda pemerintahan di Jawa Tengah, salah satunya adalah Bupati pertama Sragen, setelah Kemerdekaan, adalah R.T. Wirjodiprodjo.

Dari keempat istrinya, Wirjodiprodjo memiliki 21 putra dan putri. Sebagian besar dari mereka menjadi tokoh-tokoh intelektual yang juga dimakamkan di Pilang Payung.

Hadiah dari Keraton

Pada tanggal 17 September 1830, terjadi perjanjian antara Paku Buwono dengan Hamengku Buwono V, daerah Sukowati masuk wilayah Kasunanan Surakarta dan Gunung Kidul masuk wilayah Kasultanan Jogjakarta. Dalam Suatu Pisowanan Agung di Keraton Kasunanan Surakarta, Karto Wiryo dapat menyerahkan pusaka-pusaka keraton yang hilang saat perang Geger Pecinan pada Oktober 1740 di Kartasura.

Advertisement

Pusaka keraton itu berupa tombak bernama Kanjeng Kyai Lindu Pawon, keris Kanjeng Kyai Nogososro dan satu keris pusaka milik Karto Wiryo sendiri. Sebagai hadiah atas jasa Karto Wiryo mengembalikan pusaka berharga tersebut, Keraton memberinya daerah Sukowati, yang kini menjadi Sragen, sebagai daerah perdikan alias bebas pajak.

Baca Juga: Konon Peninggalan Joko Tingkir, Sumur di Sragen Ini Tak Pernah Kering

Pada 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan PB VII yaitu Serat Angger-angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan lalu lintas barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan. Termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.

Setelah K.R.T. KartoWiryo wafat, kedudukannya sebagai Bupati Panumping digantikan oleh putra kelima yang bernama RM Sulomo. Sejak 5 Juni 1847 dengan persetujuan Resident Surakarta. Baron de Geerditambah, Sunan Paku Buwono VIII menabah kekuasaannya dengan melakukan tugas kepolisian. Dari situ muncullah nama Kabupaten Gunung Pulisi Sragen dan R.M. Sulomo yang diangkat menjadi Bupati Gunung Pulisi Sragen dengan nama K.R.T. Sastrodipuro.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif