SOLOPOS.COM - Ilustrasi digigit nyamuk. (Freepik.com)

Solopos.com, KLATEN — Jumlah kasus maupun kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Klaten terus bertambah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, hingga pekan ke-19 atau Januari-Mei 2024 ini, total ada 512 kasus DBD dengan 25 orang meninggal dunia.

Warga Klaten yang meninggal gara-gara DBD itu didominasi usia anak-anak di bawah 11 tahun. Ada beberapa kasus kematian akibat DBD pada orang dewasa. Alamat warga Klaten yang meninggal karena DBD itu tersebar di beberapa kecamatan seperti Pedan, Wonosari, Tulung, Karangdowo, Klaten Selatan, Manisrenggo, Bayat, Juwiring, serta Ceper.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Usia warga meninggal dunia karena DBD paling muda yakni lima bulan dan paling tua usia 54 tahun. Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jajang Prihono, mengakui kasus DBD di Klaten saat ini menjadi yang tertinggi di Jateng. Soal upaya pencegahan, dia menjelaskan gerakan PSN sebenarnya sudah dilakukan.

“Hanya dalam rapat koordinasi tadi saya minta lebih nyata lagi gerakannya, dimasifkan, dan volume lebih besar lagi,” jelas Jajang saat ditemui wartawan seusai rapat koordinasi OPD di Pendopo Pemkab Klaten, Senin (20/5/2024).

Gerakan PSN menjadi cara paling efektif untuk mencegah kasus DBD yang merupakan infeksi virus dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gerakan itu dilakukan untuk memastikan tempat penampungan air serta lokasi-lokasi yang berpotensi muncul genangan air bersih dari jentik-jentik nyamuk.

Jajang menjelaskan gerakan itu membutuhkan kemandirian warga. Tanpa gerakan mandiri dan dilakukan secara serentak dan rutin, PSN tak efektif. Lantaran hal itu, dia meminta agar gerakan-gerakan itu bisa terus dimasifkan.

“Segera kami koordinasi lagi dengan dinas terkait langkah nyatanya seperti apa. Kalau perlu pemasangan stiker atau apa, lakukan, tidak apa-apa. Karena memang kondisinya saat ini memang tidak baik kaitannya dengan DBD. Sekali lagi tenaganya benar-benar mengandalkan kemandirian masyarakat kalau soal ini [gerakan PSN],” ungkap Jajang.

Respons Kurang Sesuai

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Hanung Sasmito Wibowo, menjelaskan hingga pekan ke-19 tahun 2024 terdapat 512 kasus DBD dengan 25 kematian. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, angka itu jauh lebih tinggi.

Pada tahun lalu hingga pekan ke-19 hanya ada 159 kasus dengan sembilan kematian. “Artinya terjadi peningkatan kasus di tahun ini dibandingkan 2023,” ujar Hanung.

Sebelumnya, Kepala Dinkes Klaten, Anggit Budiarto, mengatakan dari hasil analisis berdasarkan investigasi ke rumah sakit serta fasilitas kesehatan tingkat pertama, kebanyakan kasus meninggal dunia pada pasien DBD karena respons yang kurang sesuai.

Hal itu karena gejala DBD saat ini tak seperti biasanya pada kasus DBD yakni demam serta muncul bintik merah di badan. Anggit pun mengakui gejala-gejala yang saat ini muncul bisa jadi merupakan gejala baru.

“Gejala yang muncul tidak serta merta berupa demam. Tetapi gejala yang muncul itu seperti perut sakit atau diare, mual, pusing dan warga tidak ngeh kejadian itu. Meski tetap ada gejala-gejala seperti demam serta bintik-bintik,” kata dia.

Dengan temuan gejala itu, Anggit menjelaskan tugas Dinkes serta Puskesmas yakni memberikan pemahaman kepada masyarakat. Selain itu, ada pengetatan soal tata laksana penanganan ketika pasien terdiagnosis positif DBD.

“Pada pemeriksaan NS1 [tes untuk mendeteksi virus dengue pada pasien], ketika ditemukan positif disepakati untuk langsung dilakukan rawat inap baik di puskesmas maupun rumah sakit,” jelas Anggit.

Lebih lanjut, Anggit juga menekankan agar gerakan PSN dengan membasmi jentik-jentik nyamuk di tempat-tempat yang berpotensi muncul genangan bisa terus dilakukan. Dia menjelaskan PSN hingga kini menjadi cara paling efektif untuk mencegah kasus DBD, selain dengan terus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya