Soloraya
Sabtu, 11 November 2023 - 09:05 WIB

Disulap Jadi Taman, Monumen Perjuangan ’45 di Sragen Tinggal Kenangan

Tri Rahayu  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pemerhati sejarah Sragen memeriksa kondisi patung eks Monumen Perjuangan 45 Sragen yang terbengkalai di areal lahan milik DPU Sragen, Rabu (8/11/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Taman Krido Anggo yang terletak di depan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sragen menjadi saksi bisu atas keberadaan Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Monumen Perjuangan ’45. Taman yang dibangun dengan dana Rp1,9 miliar pada 2015 itu menghilangkan bangunan yang menjadi simbol perjuangan rakyat Sragen dalam bentuk Monumen Perjuangan ’45.

Kini, monument itu tak ada lagi. Pada 2013 sempat ada pencarian dokumen sejarah Sragen yang konon di simpan di dalam bangunan monumen itu. Meskipun bagian bangunan itu dibongkar ternyata tidak ditemukan dokumen sejarah Sragen yang dicari. Pencarian dokumen sejarah Sragen itu didasarkan keterangan pada Buku Sejarah Hari Jadi Pemerintah Kabupaten Sragen terbitan 1978.

Advertisement

Di dalam lampiran IV buku tersebut terdapat Surat Keputusan Bupati Sragen No. HK/B/22/SK/1974 tentang Panitia Pembangunan Monumen Perjuangan 45 Daerah Kabupaten Sragen yang ditandatangani Ymt. Bupati Sragen Hartono tertanggal 25 Juli 1974. Dalam lapiran tersebut juga ada penjelasan tentang Monumen Perjuangan 45 Kabupaten Sragen.

Berdasarkan penjelasan tersebut, Monumen Perjuangan 45 Sragen merupakan bangunan dengan kombinasi patung, tugu, relief, naskah, dan papan deskripsi. Di bagian puncaknya terdapat tiga buah patung, yakni patung tentara dalam keadaan siap tempur dengan tangan kanan memegang sepucuk senapan yang ujungnya ada sehelai bendera merah putih dan tangan kiri menunjuk ke depan dalam sikap memberi komando.

Advertisement

Berdasarkan penjelasan tersebut, Monumen Perjuangan 45 Sragen merupakan bangunan dengan kombinasi patung, tugu, relief, naskah, dan papan deskripsi. Di bagian puncaknya terdapat tiga buah patung, yakni patung tentara dalam keadaan siap tempur dengan tangan kanan memegang sepucuk senapan yang ujungnya ada sehelai bendera merah putih dan tangan kiri menunjuk ke depan dalam sikap memberi komando.

Patung kedua menggambarkan pemuda pejuang 45 dalam sikap siaga dengan tangan memegang bambu runcing dan memakai ikat kepala merah putih dan di pinggangnya terselip senjata pusaka warisan nenek moyang Keris Naga Kencana dengan dapur nagasasra. Patung ketiga menggambarkan wanita tani sedang membawa bakul penuh berisi makanan dan sebuah kendi berisi air penawar dagaha.

Keris Naga Kencana itu konon merupakan senjata pusaka Keraton Kartasura yang hilang pada waktu bedah kerajaan. Kemudian senjata itu diketahui Sunan Paku Buwana II dan kemudian diberikan kepada suatu daerah di Sukowati sebagai pengganti yang sekarang bernama Sragen.

Advertisement

Lokasi monumen terseut pada zaman dulu merupakan Lapangan Sumonegaran. Nama Sumonegaran hingga kini masih menjadi nama Pendapa Sumonegaran di Rumah Dinas Bupati Sragen yang terletak 100 meter di sisi utara Taman Krido Anggo.

Dari cerita sejarah, lokasi monumen itu dulu merupakan tempat koordinasi gerakan bawah tanah Angkata Muda Sukowati pada masa penjajahan Jepang. Pada saat Agresi Militer Belanda II, lokasi tersebut juga menjadi tempat peperangan para gerilyawan yang memakan korban 30 orang.

Kini, patung-patung tersebut teronggok tak terawat di Kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Nglangon, Karangtengah, Sragen Kota. Patung-patung itu rusak tidak terawat.

Advertisement

Kepala DPU Sragen, R. Suparwoto, menyampaikan patung-patung itu diselamatkan rekan-rekan DPU saat adanya pembongkaran monumen yang sekarang menjadi Taman Krido Anggo. Dia mengatakan monumen itu belum menjadi bangunan cagar budaya. “Kalau ada yang menghendaki monumen itu dikembalikan lagi, kami akan berkomunikasi dengan pimpinan,” ujar Woto kepada Solopos.com, Rabu (8/11/2023).

Seorang warga anggota Komunitas Brandal Sukowati Sragen, Ronggo Gupito, 48, saat berbincang dengan Solopos.com masih ingat saat masih kecil sering bermain di Monumen Perjuangan 45 itu bersama teman-temannya. Dia mengatakan saat itu masih duduk di Kelas VI SD.

“Saya dan teman-teman kala itu bermain di pintu kecil di bagian belakang monumen. Tidak sengaja pintu itu rusak dan terbuka. Saya melihat ada ruangan di dalamnya. Tempat itu sering digunakan untuk bermain petak umpet. Saat itu saya melihat ada kotak berisi keris. Kami takut lalu keluar,” jelasnya.

Advertisement

Ronggo yang tinggal di Kampung Candi Asri, Kelurahan Plumbungan, Karangmalang, Sragen, mengatakan keris yang ada itu kemungkinan Keris Naga Kencana yang sekarang banyak dicari orang. Dia mengatakan temannya banyak ditanya tentang di mana keberadaan Keris Naga Kencana itu.

“Mitosnya, siapa yang pegang keris itu maka bisa menjadi Bupati sampai ke anak cucunya. Saat itu yang saya lihat ada warangkanya. Kalau bilah kerisnya seperti apa tidak tahu,” jelas Ronggo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif