SOLOPOS.COM - Peresmian Waduk Tirtomarto Delingan oleh Kanjeng Gusti Mangkunegoro VII (Khasanah Arsip Mangkunegoro). (Istimewa/Website Arpusda Karanganyar)

Solopos.com, KARANGANYAR — Bagaimana sejarah Waduk Tirtomato atau Waduk Delingan Karanganyar, salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi salah satu rujukan pecinta senja?

Waduk buatan zaman Kolonial Belanda ini berada di Jl. Karanganyar-Mojogedang, tepatnya Kelurahan Delingan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jaraknya hanya 6,4 kilometer atau sekitar 12 menit perjalanan dari Alun-Alun Karanganyar. Lokasinya dekat dengan Wana Wisata Gunung Bromo Karanganyar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Waduk yang sejatinya bernama Tirtomarto ini dibangun pada tahun 1926. Mengacu data pada pusdataru.jatengprov.id yang dikutip Senin (4/4/2022), waduk yang memiliki luas 11.65 km persegi ini mampu menampung air sebanyak 4,2 juta meter kubik dengan elevasi 179,1 mdpl.

Baca Juga : Waduk Delingan Karanganyar, Dibuat Belanda Diresmikan Mangkunegoro VII

Waduk Delingan dibuat selama tiga tahun dari 1920-1923. Peletakan batu pertama dimulai pada 11 Oktober 1920. Pendapat itu mengacu pada berita tentang Waduk Tirtomarto yang dimuat koran berbahasa Belanda, De Indische courant pada 31 Desember 1929.

Bangunannya dirancang pemerintah Belanda. Waduk yang berfungsi sebagai sumber irigasi bagi 2.410 hektare lahan ini sekarang dikelola Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Mengacu foto-foto lama yang diunggah disarpus.karanganyarkab.go.id, diketahui Waduk Delingan diresmikan oleh Mangkunegoro VII. Pada Maret 1999, Waduk Tirtomarto Delingan ini pernah direhabilitasi dalam Proyek Pembangunan dan Konservasi Sumber Air (PKSA) Bengawan Solo.

Baca Juga : Makam Belanda Dezentje di Ampel, Saksi Bisu Sejarah Kabupaten Boyolali

Harian Berbahasa Belanda

Sejumlah koran berbahasa Belanda mengulas peletakan batu pertama pada saat pembangunan Waduk Delingan Karanganyar tahun 1920. Salah satunya koran De locomotief memuat tulisan tentang Waduk Delingan pada 25 Mei 1928. Disebutkan keberadaan Waduk Delingan menjadi berkah bagi penduduk sekitar.

“Waduk ini merupakan berkah bagi penduduk, ribuan lahan pertanian yang dulunya memiliki sedikit atau tanpa irigasi, daerah-daerah di mana tidak ada tanaman kedua, sekarang diairi dengan baik dan menghasilkan panen yang besar,” tulis De locomotief seperti dikutip Solopos.com pada Senin.

Harian Bataviaasch nieuwsblad pada 10 Desember 1920 mengulas proses peletakan batu pertama yang dilakukan sejumlah pejabat setempat kala itu. Koran berbahasa Belanda lainnya, De Indische courant pada 31 Desember 1929 juga menerbitkan tentang peletakan batu pertama Waduk Tirtomarto.

Baca Juga : Menapak Jejak Kereta Trem yang Membelah Soloraya

“Di ??Desa Delingan, pada Oktober 1920 kepala MN Pemerintahan Sendiri, Pangeran Adipati Ario Praboe Prangwedono VII saat itu, kemudian Mangkoenegoro den Vilden, peletakan batu pertama untuk waduk Tirtomarto,” tulis harian tersebut.

Di situ juga dijelaskan bahwa pembangunan Waduk Tirtomarto berada di bawah arahan arsitek MN, yakni FE Wolff dan pengawas pembangunan waduk dan pekerjaan-pekerjaan terkait oleh Krans. Waduk Tirtomarto rampung pada Desember 1923, tetapi penggunaan waduk sebagai irigasi pada September 1924. Waduk Delingan dipercaya membawa berkah bagi penduduk setempat, terutama terhadap peningkatan panen padi.

Ukuran Waduk Delingan

“Sekarang, sudah lima tahun waduk Tirtomarto menyediakan irigasi reguler yang menguntungkan baik untuk perusahaan gula MN Tasikmadoe, yang mampu memperluas areal tanamnya, maupun bagi penduduk, juga dapat memperluas budayanya dan membuat panen lebih luas dari padinya serta panen kedua setelah panen padi,” tulis koran tersebut.

Baca Juga : PM Belanda Minta Maaf ke Indonesia Atas Kekerasan Ekstrem saat Perang

Koran tersebut juga menyebutkan bahwa Waduk Delingan Karanganyar memiliki ukuran lebih besar apabila dibandingkan dengan waduk lain di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, seperti Lohgawe, Sumbersono Lengkong, dan Sumberkepuh.

“Dorongan pembangunan waduk Tirtomarto diberikan oleh hasil-hasil yang menguntungkan yang diperoleh dengan waduk-waduk yang jauh lebih kecil di Kabupaten Ngandjoek, waduk-waduk Lohgaweh, Soembersono dan Soemberkepoeh, di mana panen padi meningkat puluhan persentase setelah pengoperasian waduk-waduk ini,” ujarnya.

Harian Bataviaasch nieuwsblad pada 14 Oktober 1920 mengunggah berita berjudul DE WADOEK „TIRTOMARTO”. Berita tersebut menggambarkan betapa masyarakat menyambut pembangunan waduk tersebut dengan suka cita. Bahkan, disiapkan hiburan pascapeletakan batu pertama.

Baca Juga : Pameran Revolusi! di Amsterdam, Ada Potret Tanja dan Gaun Peta Sutra

“Peletakan batu berlangsung beberapa saat, setelah itu pesta. Resepsi diadakan di pendopo bupati yang luas, yang dimeriahkan oleh pertunjukan wayang orang, dan di mana beberapa minuman disajikan. Sore hari, ribuan orang menikmati bioskop terbuka dan pesta kembang api di halaman bupati Karanganjar sedangkan di pendopo ada pesta tandak pejabat Pribumi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya