SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Diversifikasi pangan akan coba diterapkan di Solo dalam program satu hari tanpa nasi.

Solopos.com, SOLO—Temuan beras plastik di Bekasi Jawa Barat membuat Pemkot mulai menyiapkan langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras. Wacana difersifikasi pangan kembali mengemuka lewat gagasan program one day no rice (satu hari tanpa nasi).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kasi Kewaspadaan Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Solo, Sugeng Prayitno, mengatakan diversifikasi pangan perlu diupayakan meski Solo bukan produsen bahan pangan secara mandiri. Menurut Sugeng, Solo dapat meniru program one day no rice yang sukses diterapkan di Kota Depok Jawa Barat. Program tersebut bermakna mengganti bahan nasi dengan pangan lain sehari dalam sepekan.

“Konsumsi nasi bisa disubstitusi dengan singkong, ketela pohon, ketela rambat atau olahan sejenisnya,” ujar Sugeng saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (25/2/2015).

Melalui program tersebut, Sugeng meyakini warga Solo yang ketergantungannya terhadap beras masih tinggi perlahan dapat menikmati keberagaman pangan. Pihaknya tak menampik upaya difersifikasi cukup terjal lantaran stok beras di Solo melimpah. Sementara makanan seperti singkong dan ketela cenderung sulit didapat yang membikin harga pangan itu kalah bersaing.

Di sisi lain, wong Solo sudah terbiasa mengunyah nasi sebagai pangan sehari-hari. Namun ia menilai hal ini dapat disiasati dengan membikin produk pangan seperti beras mutiara. “Beras itu terbuat dari bahan ketela yang dibikin emulsi sehingga ketika dimakan menyerupai nasi. Hanya produk yang pernah diluncurkan tahun 2013 di Solo ini masih perlu dikembangkan agar lebih adaptif,” jelasnya.

Keberagaman Gizi

Selain menjaga ketahanan pangan, Sugeng mengatakan langkah difersifikasi penting untuk menyuplai pemenuhan kebutuhan tubuh. Hal itu sesuai program pola pangan harapan yang berprinsip beragam, bergizi, seimbang dan aman.

Kepala KKP Solo, Kenthis Ratnawati, mengatakan Solo kini tinggal menyisakan 10 hektare lahan persawahan. Dengan demikian pengembangan pangan alternatif kurang optimal jika dilakukan di Solo. Kenthis menawarkan solusi difersifikasi melalui makanan pendamping seperti sayuran. “Warga bisa menyelang-nyeling jenis sayur sesuai kebutuhan. Di waktu tertentu buah bisa menjadi tambahan,” ujarnya.

Dia menambahkan sayuran bisa dikembangkan dengan mudah di halaman pribadi. Apabila terbentur lahan minim, imbuhnya, pola tanam secara vertikal bisa diaplikasi. Menurut Kenthis, media tanam dapat memakai bahan yang murah seperti polybag, paralon hingga kaleng bekas. “Benihnya pun tidak perlu beli, bisa dari tanamannya sendiri seperti cabai.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya