SOLOPOS.COM - Tanaman Kedelai (JIBI/SOLOPOS/detikcom)

Solopos.com, KLATEN–Luas tanam kedelai di Klaten selama beberapa tahun terakhir terus menurun.

Salah satu penyebab yang membuat petani tak tertarik tanam kedelai yakni harga jual yang dinilai masih rendah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan luas tanam kedelai di Klaten pernah mencapai 4.000 hektare (ha) sekitar 2011.

Namun, dari tahun ke tahun luas tanam itu terus mengalami penurunan.

“Dua sampai tiga tahun terakhir itu maju-mundur luas tanamnya sekitar 1.500 ha,” kata Widiyanti saat ditemui di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Kamis (18/8/2022).

Salah satu alasan petani enggan menanam kedelai yakni harga jual kedelai yang dinilai kalah bersaing dengan jenis tanaman palawija lainnya.

Widiyanti mencontohkan harga jual kacang hijau hasil panen yang bisa mencapai Rp15.000 per kg. Sementara, harga jual kedelai hasil panen berkisar Rp10.000 per kg hingga Rp11.000 per kg.

“Dengan provitas [produktivitas] yang rendah dan harga rendah, akhirnya pendapatan tidak maksimal,” kata Widiyanti.

Namun, Widiyanti mengatakan prospek tanam kedelai di Klaten masih menjanjikan. Angka produktivitas tanaman kedelai bisa ditingkatkan hingga dua kali lipat jika tanaman benar-benar dirawat.

Dia mencontohkan produktivitas tanaman kedelai yang ditanam petani di Burikan pada musim tanam kali ini bisa mencapai 3,4 ton per ha dari biasanya 1,6 ton hingga 1,7 ton per ha.

“Ini sudah terbukti. Kalau petani benar-benar mau ngopeni [merawat], produktivitas kedelai itu bisa sampai rata-rata 3 ton per ha,” ungkap dia.

Petani secara otomatis bisa mendapatkan penghasilan maksimal ketika produktivitas bisa ditingkatkan. Apalagi, biaya produksi kedelai dinilai lebih irit dibandingkan petani tanam padi.

“Misalkan dalam satu ha bisa panen kedelai kering 3 ton. Ambil harga kedelai Rp9.000 per kg. Total yang bisa diperoleh Rp27 juta dalam satu musim tanam per ha. Sementara, biaya produksi kedelai sekitar Rp5 juta per ha. Penggunaan pupuk sedikit dan OPT [organisme pengganggu tanaman] sedikit. Bandingkan dengan biaya produksi padi yang bisa mencapai Rp14 juta-Rp15 juta per ha,” ungkap dia.

Lantaran hal itu, Widiyanti mendorong petani kembali menggiatkan tanam kedelai dan memaksimalkan proses produksi agar produktivitas tanaman meningkat.

Dia menjelaskan potensi pasar kedelai di Klaten masih menjanjikan. Rata-rata per tahun kebutuhan kedelai di Klaten mencapai 13.000 ton. Sementara, total produksi kedelai petani di Klaten rata-rata 2.000 ton per tahun.

“Kami dorong petani bisa tanam kedelai dua musim tanam per tahun,” jelas dia.

Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan DKPP Klaten, Lilik Nugraharja, menjelaskan total luas tanam kedelai saat ini sekitar 1.211 ha.

Rencananya, ada tambahan 179 ha lahan ditanam kedelai. Sebaran lahan ditanami kedelai terutama di wilayah Klaten sisi selatan seperti Kecamatan Bayat, Cawas, Ceper, Trucuk, serta Gantiwarno.

Lilik menjelaskan saat ini ada 190 ha lahan ditanami kedelai memasuki fase panen dengan produktivitas rata-rata 2,97 ton per ha.

“Untuk 2021 luas tanam kedelai 1.303 ha dengan angka produksi 2.127 ton atau rata-rata 1,67 ton per ha,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya